Tahapan Pelaksanaan, Kartu Bercak, dan Prosedur Khusus Tes Rorschach
Daftar Isi
Tahapan Pelaksanaan, Kartu Bercak, dan Prosedur Khusus Tes Rorschach (Bagian Ketiga) - Pengajaran terakhir ini Universitas Psikologi akan membahas mengenai, tahapan akhir dalam penyajian tes Rorschach kemudian mengetahui kartu bercak dan prosedur khusus pada tes Rorschach. Diharapkan anda sudah membaca artikel bagian pertama dan kedua pada pembelajaran mengenai tes Rorschach ini, sehingga dapat memudahkan anda memahami tes Rorschach dengan baik.
Tahap Analogy
Tahap ini bersifat opsional, artinya boleh dilakukan tetapi juga boleh dilaksanakan, tergantung pada kondisi tes atau jawaban yang diberikan. Dengan berbagai tanda yang mungkin telah ada pada jawaban testi tahap sebelumnya, tester bertanya apakah suatu determinan yang digunakan pada jawaban suatu kartu juga digunakan pada jawaban kartu lain.
Tahap analogy ini diberikan apabila tester menjumpai dua situasi dalam tes:
- Ada “kartu kosong” atau ditolak testi.
- Determinan atau lokasi tertentu muncul sangat sedikit atau hanya satu, padahal bercak mempunyai fasilitas tersebut.
Hermann Rorschach (Gantengkan?) |
Pertanyaan yang diajukan pada tahap analogy ini sifatnya adalah membandingkan atau menganalogikan dengan jawaban testi sendiri yang sudah ada (bukan jawaban orang lain). Misalnya pada kartu III testi mengatakan: “Dua orang manusia yang sudah mengangkat suatu barang”. Disini konsep gerakanjelas digunakan. Kemungkinan pada kartu VII testi menjawab: “Dua orang anak yang mengenakan pakaian seperti kelinci. Pakaian itu tampak berbulu halus dan bentuk telinganya panjang seperti kelinci”. Disini masih belum jelas apakah testi menggunakan gerakkan atau tidak. Oleh karena itu tester boleh bertantya:”Disini (kartu III) anda mengatakan sebagai manusia yang sedang mengangkat sesuatu. Bagaimana dengan dua anak manusia disini (kartu VII)?”.
Contoh lain adalah pada kartu testi menjawab; “Ini adalah bunga yang indah dan berwarna-warni. Ada yang berwarna merah, hijau dan kuning”. Jawaban ini jelas menggunakan warna. Tetapi pada kartu III testi mengatakan: “Ini seekor kupu-kupu yang sedang terbang.”Tester ingin tahu, apakah pada kartu III ini testi yang menggunaknan warna atau tidak, maka dia boleh bertanya: “Disini (kartu IX)anda mengatakan bunga yang warnanya bermacam-macam, nah bagaimana dengan kupu-kupu disini”.
Pertanyaan yang sifatnya analogy ini juga diberikan kalau ada kartu yang tidak ada jawabannya sama sekalli. Misalnya testi tidak memberikan jawabannya pada kartu V karena terganggu dengan warna hitam kelam (black-shock). Tetapi pada kartu I (yang mempunyai fasilitas yang sama dengan kartu V) dia memberikan jawaban; “Seekor kelelawar yang sedang terbang”. Maka jawaban pada kartu I tersebut padat digunakan tester untuk merangsang supaya testi memberikan jawaban pada kartu V dengan bertanya: “Disini (kartu I) anda mengatakan seperti seekor kelelawar, bagaimana dengan disini? (kartu V).
Perlu diingat bahwa pada tahap analogy ini pertanyaan-pertanyaan yang bersifat langsung dan sugestif masih tidak diperkenankan. Ini disebabkan jawaban yang diberikan testi pada tahapanalogy ini masih tetap diskor secara kuantitatif sebagai jawaban tambahan.
Tahap analogy ini dapat dilakukan apabila diantara jawaban-jawaban yang diberikan testi dari 10 kartu itu ada satu determinan yang muncul, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar menganalogi. Tetapi jika tidak ada jawaban yang dapat digunakan untuk menganalogikan sama sekali, misalnya tak ada gerakkan, tak ada warna atau shading, maka tester langsung melaksanakan tahap terakir, yaitu testing the limits.
Didalam testing the limits inu tampak bahwa testi sudah banyak diberikan pertanyaan yang bersifat langsung dan sugestif, oleh karena itu hasil yang diperoleh pada tahap ini tidak dapat dimasukkan dalam skoring yag kuantitatif, tetaoi merupakan suatu bahan untuk interpretasi kualitatif. Tujuannya hanyalah ingin tahu apakah testi merupakan potensi untuk melihat konsep-konsep yang spesifik tersebut atau tidak.
Ada beberapa prosedur khusus yang disarankan oleh beberapa ahli yang dapat digunakan dalam situasi-situasi tertentu, prosedur ini setaraf dengan testing the limits:
Contoh lain adalah pada kartu testi menjawab; “Ini adalah bunga yang indah dan berwarna-warni. Ada yang berwarna merah, hijau dan kuning”. Jawaban ini jelas menggunakan warna. Tetapi pada kartu III testi mengatakan: “Ini seekor kupu-kupu yang sedang terbang.”Tester ingin tahu, apakah pada kartu III ini testi yang menggunaknan warna atau tidak, maka dia boleh bertanya: “Disini (kartu IX)anda mengatakan bunga yang warnanya bermacam-macam, nah bagaimana dengan kupu-kupu disini”.
Pertanyaan yang sifatnya analogy ini juga diberikan kalau ada kartu yang tidak ada jawabannya sama sekalli. Misalnya testi tidak memberikan jawabannya pada kartu V karena terganggu dengan warna hitam kelam (black-shock). Tetapi pada kartu I (yang mempunyai fasilitas yang sama dengan kartu V) dia memberikan jawaban; “Seekor kelelawar yang sedang terbang”. Maka jawaban pada kartu I tersebut padat digunakan tester untuk merangsang supaya testi memberikan jawaban pada kartu V dengan bertanya: “Disini (kartu I) anda mengatakan seperti seekor kelelawar, bagaimana dengan disini? (kartu V).
Perlu diingat bahwa pada tahap analogy ini pertanyaan-pertanyaan yang bersifat langsung dan sugestif masih tidak diperkenankan. Ini disebabkan jawaban yang diberikan testi pada tahapanalogy ini masih tetap diskor secara kuantitatif sebagai jawaban tambahan.
Tahap analogy ini dapat dilakukan apabila diantara jawaban-jawaban yang diberikan testi dari 10 kartu itu ada satu determinan yang muncul, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar menganalogi. Tetapi jika tidak ada jawaban yang dapat digunakan untuk menganalogikan sama sekali, misalnya tak ada gerakkan, tak ada warna atau shading, maka tester langsung melaksanakan tahap terakir, yaitu testing the limits.
Tahap Testing The Limits
Tahap ini dilaksanakan apabila pada tahap-tahap sebelumnya testi tidak mampu memberikan jawaban-jawaban tertentu, yaitu:- Tidak ada lokasi keselulruhan (W) atau sebagaian besar (D).
- Tidak ada konsep manusia atau hewan sedangkan bergerak, skor M atau FM.
- Tidak ada jawaban yang mengkombinasikan antara bentuk dan warna atau skor FC.
- Tidak ada jawaban yang menggunakan shading atau skor mengandung c,K,k.
- Tidak ada jawaban populer.
- Tidak ada jawaban pada satu kartu atau lebih (menolak untuk menjawab).
Didalam testing the limits inu tampak bahwa testi sudah banyak diberikan pertanyaan yang bersifat langsung dan sugestif, oleh karena itu hasil yang diperoleh pada tahap ini tidak dapat dimasukkan dalam skoring yag kuantitatif, tetaoi merupakan suatu bahan untuk interpretasi kualitatif. Tujuannya hanyalah ingin tahu apakah testi merupakan potensi untuk melihat konsep-konsep yang spesifik tersebut atau tidak.
Prosedur Khusus
Prosedur administrasi yang telah dijelaskan pada di atas adalah prosedur standar yang biasa digunakan pada orang dewasa yang normal. Menurut Klopfer (1962) prosedur administrasi harus agak sedikit berbeda pada subjek tertentu, misalnya untuk anak-anak, orangtua atau orang yang mengalami gangguan mental. Pada anak-anak dan orang tua, hanya kalimat pada waktu instruksi saja yang diubah sesuai dengan kondisi testi, sedangkan prinsip dasar tetap. Tetapi pada orang yang mengalami gangguan mental, dibutuhkan penggunaan yang berbeda, tergantung dari ancaman gangguan itu. Tester boleh lebih direktif dan fleksibel.Ada beberapa prosedur khusus yang disarankan oleh beberapa ahli yang dapat digunakan dalam situasi-situasi tertentu, prosedur ini setaraf dengan testing the limits:
- Prosedur asosiasi bebas (Free Association Procedure). Prosedur ini lebih digunakan dalam situasi klinis. Terutama apabila testi memberi jawaban yang isinya (content) berulang-ulang muncul pada banyak kartu. Misalnya subjek memberi jawaban “darah” pada kartu II, III, VIII, IX, dan X. Tampaknya isi jawaban ini mempunyai arti yang sangat penting bagi testi. Mungkin testi mempunyai pengalaman traumatis yang berkaitan dengan darah. Oleh karena itu tester dapat meminta testi untuk berasosiasi bebas tentang darah yang dilihat pada salah satu kartu tersebut. Informasi yang diperoleh dari prosedur ini dapat digunakan sebagai tambahan dalam interpretasi kualitatif.
- Teknik pembentukan konsep (concept formation technique). Pada prosedur ini tester memberikan seluruh kartu pada testi. Selanjutnya testi diminta untuk menggolongkan seluruh kartu tersebut. Kemungkinan testi akan menggolongkannya berdasarkan isi (content) jawaban, dapat juga menggolongkan berdasarkan bentuknya atau determinan lainnya. Teknik ini dapat digunakan sebagai salah satu teknik pada tahap testing the limits. Misalnya, pada testi yang tidak add jawaban warna sama sekali, maka akan di akromatis, kemudian meminta testi untuk menyebutkan apa dasar menggelompokan itu. Jika ia dapat memberikan jawaban berdasarkan warnanya maka berarti sebenarnya testi dapat melihat warna pada bercak, tapi dia kurang seneitif, sehingga tidak dapat memberikan respon berdasarkan warna.
- Prosedur menggambar bebas (Graphic procedure). Teknik ini banyak digunakan, subjek diminta menggambar objek yang dilihat pada kartu dikertas lainnya secara bebas.
- Prosedur suka atau tidak suka (Like-dislike procedure). Pada prosedur ini testi juga diberikan seluruh kartu, kemudian testi diminta untuk memilih satu kartu yang paling disukai dan satu kartu yang paling tidak disukai. Selanjutnya testi diminta untuk memberikan penjelasan alasan testi menyukai dan tidak menyukai kartu tersebut. Cara ini juga dapat menambah interpretasi kualitatif.
Yang terpenting dalam prosedur khusus ini adalah meminta subjek untuk berbicara dan menceritakan sesuatu, biasanya pada orang yang bermasalah atau mengalami gangguan, dari isi ceritanya dapat diperkirakan keadaan dalam dirinya.
Kartu Bercak Tinta
- Kartu I, mengindikasikan lingkungan atau sesuatu yang baru dan tingkat stres sesorang.
- Kartu II, mengindikasikan bagaimana mengelola perasaan marah dan berbagai tanggapan seksual (seingkali dianggap sebagai darah).
- Kartu III, dianggap mengandung dua manusia yang terlibat interaksi, serta dapat memberikan informasi tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain (interaksi sosial).
- Kartu IV, bertujuan untuk mengetahui rasa otoritas sesorang. Hamper selalu diklasifikasikan sebagai laki- laki daripada perempuan, jadi biasanya diungkapakan sikap dan otoritas pada laki- laki.
- Kartu V, menampilkan sebuah keprihatinan dan elaborasi.
- Kartu VI, memunculkan asosiasi yang terkait dengan kedekatan antar pribadi, secara khusus sebagai “kartu seks”, lebih sering dilaporkan daripada kartu lain yang memiliki variasi lebih besar.
- Kartu VII, dapat dikaitkan dengan feminitas (sosok manusia digambarkan sebagai wanita dan anak- anak), dan fungsi sebagai “ibu”, dimana kesulitan dan keprihatinan dengan tokoh- tokoh perempuan dalam kehidupan sesorang.
- Kartu VIII, sering terungkap kelegaan dan rasa santai. Tetapi terkadang seseorang yang sedang mengalami emosional yang menyedihkan akan merasa tidak nyaman pada kartu ini.
- Kartu IX, hanya ada satu jawaban popular pada kartu ini yaitu mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan data yang tidak terstruktur (ketidakjelasan umum).
- Kartu X, secara structural mirip dengan kartu VIII, namun ketidakpastian mengarah pada kartu IX: orang- orang sulit menganani hal- hal yang datang secara bersamaan. Sebagai kartu terakhir kartu ini memberikan kesempatan bagi subjek untuk “sign out” dengan menunjukkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka ingin ketahui.
Analisa Tes Rorschach
Tes Rorschach termasuk dalam tes proyektif non verbal, karena materi dan reaksi tidak menggunakan bahasa, meski intruksi menggunakan bahasa. Teknik ini telah digunakan dengan cukup sukses sebagai dasar untuk meneliti hubungan- hubungan antarpribadi dan berbagai jenis perilaku sosial. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian seseorang karakteristik dan fungsi emosional. Tes ini telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien enggan untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Scoring tes Rorschach di tentukan oleh beberapa asosiasi yang memili skor tersendiri, seperti asosiasi respon “keseluruhan” dengan pikiran konseptual, asosiasi respon “warna”, dengan emosioalitas dan respon “gerakan manusia” dengan imaginasi serta kehidupan fantasi, seperti yang sudah dijabarkan diatas.Jika antara teste atau individu dihadapkan dalam hal-hal yang ambius, maka seseorang akan memproyeksikan “Personality”. Terdapat stimulus – respon. Syarat atau ketentukan untuk melakukan tes adalah sebuah screen, yang merupaan alat-alat untuk memproyeksikan gambar atau stimulus. Dalam tes Rorschach termasuk dalam jenis tes 3 dimensi, dan mengandung nilai asemi dalam Hanspolivensi. Sementara itu, sifatnya adalah global kerena memiliki sifat ambigus.
Klasifikasi Tes Proyektif
Wundt: Tes proyektif secara eksploratif.
- Teknik proyektif yang impresif: data-data tes proyeksi pribadi secara oral/ kepribadian (menceritakan masa lampau).
- Teknik proyektif yang eksprosif: berada dalam situasi baru, diberikan stimulus dengan situasi baru yang akan dilihat responnya.
L.K. Frank
Frank berpendapat, orang yang satu kali mengadakan penelitian proyeksi dengan maksuud ingin menganalisa sifat respon yang diberikan subjektif. Penelitiannya disimpulkan 4 macam teknik proyektif. Namun, Simon menambahkan satu macam lagi teknik proyektif yaitu teknik relatif.Allport
Teknik yang digunakan oleh Allport dinamakan teknik ekspresif.Sementara itu, tes Rorschach termasuk dalam Teknik Konstruktif, yaitu memunculkan bermacam-macam materi yang ambigus atau belum terstruktur kemusian subjek yang diminta menyusunnya.
Lindzey
Lebih menekankan pada tes-tes proyeksi yang sifatnya verbal. Yang diklasifikasikan yang lebih dikenal dengan 5 Way Classification, dan tes Rorschach masuk dalam beberapa klasifikasi, seperti:- Association tech: memberikan symbol pada cerita, apa yang pertama kali tefikirkan didalam otak.
- Constraction tech: ditunjukkan meteri yang kabur, dimana mengurutkan gambar.
Sekian artikel Universitas Indonesia tentang Tahapan Pelaksanaan, Kartu Bercak, dan Prosedur Khusus Tes Rorschach (Bagian Ketiga). Semoga bermanfaat.
Di bawah ini adalah daftar pustaka pembahasan Tes Rorschach dari bagian pertama, bagian kedua, dan bagian ketiga.
Daftar Pustaka
- Anne, Urbina S. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: PT. Indeks.
- Anonim. 2010. Rorschach Test. www(dot)wikipedia(dot)com. 10 Maret 2010.
- Exner, John E. (1995). The Rorschach: A Comprehensive System. New York: John Wiley & Sons.
- Klopfer, dkk. (1962). The Rorschach Technique: An Introductory Manual. New York: Harcourt, Brace & World .
- Subandi, M.A., Wulan, R. (2004). Tes Rorschach: Administrasi dan Skoring. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Posting Komentar