Perkembangan Sosioemosi pada Masa Dewasa Awal Menurut Para Ahli
Daftar Isi
Temperamen
Temperamen merupakan gaya perilaku dan karakteristik respons emosional yang sifatnya individual. Di masa dewasa awal, sebagian besar individu memperlihatkan lebih sedikit perubahan suasana hati dibandingkan ketika remaja; mereka juga lebih bertanggung jawab dan lebih jarang berperilaku yang mengandung risiko.Para peneliti menemukan kaitan antara beberapa dimensi dari temperamen di masa kanak-kanak dengan kepribadian orang dewasa:
Temperamen yang mudah dan temperamen yang sulità anak-anak yang memiliki temperamen yang mudah di usia 3-5 tahun, cenderung lebih mudah menyesuaikan diri ketika menjadi orang dewasa muda.
Kekangan (inhibition): individu yang memiliki temperamen yang terkekang di masa kanak-kanak, cenderung kurang dapat bersikap asertif atau memperoleh dukungan sosial, dan cenderung terlambat memasuki jalur kerja yang stabil di masa dewasa.
Kekangan (inhibition): individu yang memiliki temperamen yang terkekang di masa kanak-kanak, cenderung kurang dapat bersikap asertif atau memperoleh dukungan sosial, dan cenderung terlambat memasuki jalur kerja yang stabil di masa dewasa.
Kemampuan mengendalikan emosià ketika anak-anak usia 3 tahun memperlihatkan kontrol emosi yang baik dalam menghadapi stres, mereka cenderung mampu mengatasi emosinya secara efektif ketika dewasa.
Adanya kesinambungan antara aspek-aspek tertentu dari temperamen di masa kanak-kanak dan penyesuaian di masa dewasa awal, masih diperlukan lebih banya riset, kaitan antara temperamen masa kanak-kanak dengan kepribadian di masa dewasa dapat bervariasi, tergantung pada konteks yang mengintervensi pengalaman individu.
image source: health(dot)ruanghati(dot)com |
Baca juga: Sosioemosi dan Spiritual pada Masa Remaja
Kelekatan
Kelekatan muncul di masa bayi dan turut memainkan peran penting dalam perkembangan sosioemosi seseorang.Orang dewasa yang menunjukkan kelekatan yang aman dalam relasi romantisnya dengan pasangan, cenderung memiliki kelekatan yang aman pula dengan orang tua/ pengasuhnya di masa kanak-kanak.
Meskipun demikian, dalam studi longitudinal lainnya, kaitan antara gaya kelekatan awal dengan gaya kelekatan di masa selanjutnya diperlemah oleh pengalaman yang menekan dan sangat merugikan, seperti kematian atau ketidakstabilan pengasuh.
Tiga gaya kelekatan:
- Gaya kelekatan yang aman: memiliki pandangan yang positif terhadap relasi, mudah dekat dengan orang lain, dan tidak khawatir stres berlebihan tentang relasi romantis merekaà lebih puas dengan relasinya, cenderung diwarnai oleh kepercayaan, komitmen, dan usia yang panjang, cenderung menerima dukungan jika sedang berada dalam kondisi tertekan, dan cenderung lebih bersedia memberikan dukungan, serta memiliki kemudahan dalam menjalin pertemanan di masa kuliah, punya rasa penerimaan diri, penghargaan diri, self-efficacy yang terintegrasi dengan baik, mampu mengontol emosi, optimis , dan ulet.
- Gaya kelekatan yang menghindar: merasa ragu-ragu terlibat dalam relasi romantis dan sering mengambil jarak dari pasangan mereka dalam relasi.
- Gaya kelekatan yang cemas: menuntut kedekatan, kurang bisa mempercayai orang lain, dan lebih emosional, pencemburu, serta posesif.
Kategori kelekatan cenderung stabil pada masa dewasa, akan tetapi orang dewasa juga punya kapasitas untuk mengubah pemikiran dan perilaku kelekatan mereka.
Ketertarikan, Cinta, dan Relasi yang Akrab
Ketertarikan
Secara keseluruhan, kawan-kawan dan kekasih kita memiliki lebih banyak kesamaan dengan kita dibandingkan ketidaksamaan, kawan dan kekasih cenderung memiliki sikap, nilai, gaya hidup, dan daya tarik fisik yang menyerupai satu sama lain. Meskipun demikian ada beberapa karakteristik berlawanan yang mungkin menjadi daya tarik.Orang tertarik dengan orang lain yang memiliki sikap, nilai , dan gaya hidup yang sama, karena adanya validasi konsensualà sikap dan nilai kita memperoleh dukungan jika sikap dan nilai orang lain juga sama dengan kita. Selain itu, orang cenderung menghindar dari sesuatu yang tidak diketahuinya. Kesamaan juga mengimplikasikan bahwa kita akan menikmati melakukan hal-hal dengan orang yang juga menyukai hal yang sama dan memiliki sikap yang sama.
Meskipun secara abstrak kita memilih orang yang lebih menarik, dalam kenyataannya kita akhirnya memilih seseorang yang menyerupai level ketertarikan kita sendiri.
Bentuk-bentuk Cinta
Cinta melibatkan wilayah perilaku manusia yang luas dan kompleks, menjangkau berbagai relasi yang mencakup persahabatan, cinta romantis, cinta afektif, dan bahkan menurut sejumlah ahli, juga melibatkan altruisme consummate love.Keintiman
Keterbukaan diri (self-disclosure) dan berbagai pikiran-pikiran personal merupakan tanda keintiman. Menurut Erikson,di awal masa dewasa, individu memasuki tahap keenam à keintiman versus isolasi.Erikson mendeskripsikan keintiman sebagai proses menemukan diri sendiri sekaligus peleburan diri sendiri di dalam diri orang lain, keintiman juga membutuhkan komitmen terhadap orang lain, jika seseorang gagal mengembangkan relasi yang intim di masa dewasa awal, maka ia akan mengalami isolasi.
Ketidakmampuan mengembangkan relasi yang bermakna dengan orang lain dapat melukai kepribadian individu, menggiring individu untuk tidak mau mengakui, mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap menimbulkan frustrasi, individu akan mundur ke dalam pencarian diri untuk menemukan di mana letak kesalahannya, introspeksi ini kadangkala mengarah pada depresi yang menyakitkan dan isolasi, menyebabkan sikap tidak mempercayai orang lain.
Keseimbangan antara keintiman dan komitmen di satu sisi, serta kemandirian dan kebebasan di sisi, merupakan hal yang sulit, bukan hanya dialami di masa dewasa awal, harus diolah kembali secar berulang-ulang sepanjang masa dewasa.
Persahabatan
Masa dewasa memberikan kesempatan untuk menjalin persahabatan baru ketika individu pindah ke tempat baru dan mungkin membangun hubungan persahabatan baru di lingkungan tempat tinggal atau di tempat kerja mereka.Wanita cenderung lebih suka mendengarkan apa yang dikatakan oleh seorang teman dan bersimpati, sementara pria lebih senang terlibat dalam suatu aktivitas dan menginginkan solusi praktis dibandingkan simpati.
Bentuk-bentuk Cinta
- Cinta romantis: cinta bergairah atau eros > komponen seksualitas dan gairah yang kuat di mana kedua hal ini sering menonjol di awal relasi cinta à mengandung berbagai emosi yang saling bercampur baur secara kompleks, seperti ketakutan, kemarahan, hasrat seksual, kegembiraan, dan cemburu.
- Cinta afektif: cinta karena kedekatan (companionate) > tipe cinta yang terjadi ketika seseorang menginginkan seseorang berada di dekatnya dan memilih afeksi mendalam dan perhatian terhadap orang itu.
- Cinta yang sempurna: consummate love > melibatkan ketiga dimensi: gairah, keintiman, dan komitmen.
Sternberg mengajukan teori triachic cinta, di mana cinta dapat dipandang sebagai sebuah segitiga yang terdiri dari tiga dimensi utama : gairah, keintiman, dan komitmen.
- Gairah: daya tarik fisik dan seksual terhadap orang lain.
- Keintiman: perasaan emosi yang mengandung kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam sebuah relasi.
- Komitmen: penilaian kognitif mengenai relasi dan intensi untuk mempertahankan relasi meskipun relasi itu menghadapi masalah.
Berakhirnya Percintaan
Cinta yang tidak terbalas dapat mengakibatkan depresi, pikiran obsesif, disfungsi seksual, ketidakmampuan bekerja secara efektif, kesulitan menjalin relasi dengan teman baru, dan menghukum diri sendiri.Gaya Hidup Orang Dewasa
Orang Dewasa yang Hidup Sendiri
Kini, hidup sendirian telah menjadi gaya hidup yang semakin banyak dijumpai. Salah satu keuntungan dari hidup sendiri adalah adanya otonomi. Tantangan yang dihadapi oleh orang dewasa yang hidup sendiri biasanya berkaitan dengan keintiman, kesepian, dan menemukan identitas yang positif di tengah masyarakat yang berorientasi pada perkawinan.Kohabitasi Pada Orang Dewasa
Kohabitasi mengacu pada hidup bersama dan melakukan hubungan seksual meskipun tidak menikah. Sejumlah pasangan memandang kohabitasi bukan sebagai pendahulu pernikahan namun sebagai sebuah gaya hidup.Peneliti menemukan bahwa kohabitasi seringkali dikaitkan dengan hasil pernikahan yang negatif, meskipun kaitan ini bergantung pada waktu dilakukannya kohabitasi.
Pasangan yang melakukan kohibitasi mengahadapi masalah-masalah tertentu, ketidak setujuan dari orang tua, kesulitan dalam memiliki hak milik bersama, dan kecenderungan untuk mengalami kekekerasan yang dilakukan oleh pasangan, khususnya bagi wanita.
Orang Dewasa yang Menikah
Keuntungan pernikahan : tercapainya kesehatan fisik dan mental yang lebih baik dan kehidupan yang lebih panjang.Orang Dewasa yang Bercerai
Perceraian lebih banyak dialami oleh kelompok tertentu, menikah di usia muda, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat penghasilan yang rendah, tidak memiliki afiliasi religius, memiliki orang tua yang bercerai, dan memiliki bayi sebelum menikah.Karakteristik-karakteristik dari pasangan yang bisa meningkatkan terjadinya perceraan, alkoholisme, masalah psikologis, kekerasan domestik, ketidaksetiaan, dan pembagian tugas rumah tangga yang tidak adil.
Pasangan harus menghadapi tantangan setelah bercerai, merasa kesepian, kehilangan harga diri, cemas dengan ketdaktahuan akan kehiddupan selanjutnya, dan kesulitan dalam menjalin relasi akrab yang baru.
Orang Dewasa yang Menikah Lagi
Ketika orang dewasa menikah lagi, orang dewasa pria cenderung melakukannya lebih cepat dibanding orang dewasa wanita.Pasangan yang menikah lagi lebih tidak stabil dibandingkan pernikahan pertama dan lebih besar kemungkinannya untuk bercerai, khususnya di tahun-tahun pertama setelah menikah lagi.
Orang dewasa yang menikah kembali cenderung sulit untuk mempertahankan perkawinannya yang baru, banyak orang yang menikah kembali tidak didasarkan oleh cina namun alasan finansial, memperoleh bantuan dalam mengasuh anak, dan mengurangi kesepian.
Orang Dewasa Gay dan Lesbian
Relasi antara gay dan lesbian itu serupa, dalam hal kepuasan, cinta, kegembiraan, dan konflik yang mereka alami, dengan relasi heteroseksual sebagai contoh, seperti halnya pasangan heteroseksual, pasangan gay dan lesbian perlu menemukan keseimbangan antara cinta romantis, afeksi, otonomi, dan kesetaraan yang dapat diterima oleh keduanya.Pernikahan dan Keluarga
Melestarikan Pernikahan
Dalam risetnya, Gottman (Santrock, 2011) telah menemukan 7 prinsip yang menentukan apakah pernikahan akan lestari atau tidak:- Membuat peta cinta
- Memelihara kasih sayang dan kekaguman
- Mengarahkan diri pada pasangan, bukan berpaling darinya
- Membiarkan pasangan mempengaruhi Anda
- Memecahkan konflik-konflik yang dapat dipecahkan
- Mengatasi jalan buntu (gridlock)
- Menciptakan kesempatan untuk berbagi rasa
Menjadi Orang Tua
Pengasuhan menuntut sejumlah keterampilan interpesonal danketerlibatan emosional. Sebagian besar orang tua mempelajari praktik pengasuhan dari orang tuanya sendiri, praktik yang baik maupun yang kurang baik masih terus dipertahankan. Ukuran keluarga menjadi lebih kecil, dan banyak wanita yang menunda kelahiran hingga mereka mapan dalam karir.Menghadapi Perceraian
Secara psikologis, karakteristik paling umum yang paling banyak ditemui pada orang dewasa yang bercerai adalah bahwa mereka menjadi sulit mempercayai dan menjalin relasi romantis dengan orang lain.Gender, Relasi, dan Perkembangan Diri
Gender dan Komunikasi
Masalah komunikasi antara pria dan wanita sebagian disebabkan oleh perbedaan cara berkomunikasi yang mereka pilih.Tannen (Santrock, 2011) membedakan antara percakapan untuk membina hubungan (rapport talk) dari percakapan untuk memberikan laporan (repport talk).
Rapport talk merupakan bahasa percakapan à cara menjalin hubungan dan bernegosiasi, cenderung lebih disukai oleh wanita.
Report talk percakapan yang disusun untuk memberikan informasi, termasuk bicara di depan khalayak (public speaking), cenderung lebih disukai oleh pria.
Perkembangan Wanita
Relasi dan membina hubungan dengan orang lain merupakan hal yang sangat bernilai bagi wanita. Menurut Miller (dalam Santrock, 2011), wanita seringkali mencoba berinteraksi dengan orang lain melalui cara yang akan membantu perkembangan seseorang di berbagai dimensi (emosional, intelektual, dan sosial), wanita lebih berorientasi pada relasi.Perkembangan Pria
Menurut pandangan ketegangan peran (role-strain view) yang dikemukakan oleh Joseph Pleck, ada beberapa bidang dimana peran pria dapat menimbulkan ketegangan:- Kesehatan: jumlah pria yang mengalami ganggua terkait dengan stres, ketergantungan alkohol, kecelakaan mobil, dan bunuh diri,lebih banya dibandingkan wanita.
- Relasi pria-wanita: pria seringkali diharapkan memiliki sifat dominan, sangat kuat, agresif, dan seharusnya mengontrol wanita.
- Relasi pria-pria: ada begitu banyak pria yang memiliki interaksi yang terlalu sedikit dengan ayahnya. Sifat mengasuh dan peka terhadap orang lain dianggap sebagai aspek dari peran sebagai wanita, semua aspek mengenai peran pria ini mengakibatkan pria kurang adekuat dalam mengembangkan hubungan emosi yang positif dengan pria lain.
Posting Komentar