Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi

Daftar Isi
Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi - Universitas Psikologi kali ini akan membagikan pembahasan seputar belajar dalam psikologi pendidikan juga akan dibahas bagaimana proses belajar dan cara belajar itu sendiri. Dengan artikel psikologi ini anda diharapkan dapat memahami lebih jauh mengenai belajar. Apa itu Belajar? Belajar adalah perubahan pada diri individu sebagai hasil dari pengalaman (Driscoll, 2000). Belajar ada beberapa macam, terkadang dilakukan dengan niat, namun tidak jarang belajar adalah sesuatu yang tidak diniatkan.
Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi
image source: www(dot)themomiverse(dot)com 
Baca juga: Proses Informasi dalam Belajar

Perkembangan Teori Belajar

a. Classical Conditioning

Pavlop, ilmuan Rusia pada tahun 1904 mendapatkan penghargaan Nobel. Ketertarikan dia pertama sekali adalah sistem pencernaan. Penelitian dilakukan pada anjing- sekresi pencernaan dan air liur. Penemuan bahwa air liur adalah respon automatis dan refleks terhadap stimulus (makanan). Fenomena: anjing mengeluarkan air liur ketika stimulus (makanan) hadir akan tetapi di waktu (stimulus) makanan tidak hadir juga.

Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi

b. Thorndike: The Law of Effect

Pertama kali ditemukan oleh Edward L. Thorndike, eksperimen menggunakan kucing dalam sebuah kotak, setelah kucing berhasil keluar membuka grendel pintu maka iya mendapatkan makanan disebut “ belajar trial and error”. Menurut Thorndike belajar adalah proses mengkoneksikan antara stimulus dan respon. Individu belajar melakukan kegiatan “trial and error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Ada tiga hukum dalam belajar:
  • Law of readiness: seseorang bereaksi terhadap stimulus jika didukung oleh kesiapan untuk bertindak. Maka reaksi jadi memuaskan 
  • Law of exercise: main banyak digunakan atau dipraktekkan hubungan S-R, maka hubugan akan semakin kuat. Praktek perlu disertai dengan reward 
  • Law of effect: seseorang belajar membuat respon yang benar karena hal tersebut menghasilkan outcome yang baik/memuaskan. Hal tersebut memperkuat respon yang telah ada. 

c. Skinner: Operant Conditioning

Penggunaan hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan sebagai konsekuensi untuk mengontrol perilaku seseorang. Operant chamber/ skinner box- tikus . Three term contingency:

Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi

Intensitas atau sering tidaknya terjadi konsekuensi mempengaruhi hubungan antara kehadiran stimulus- perilaku.

Prinsip-prinsip dalam Belajar

a. Peranan konsekuensi

Penggunaan hal yang menyenangkan ataupun tidak setelah perilaku muncul yang akan mempengaruhi frekuensi munculnya perilaku di masa depan.

b. Reinforcer (Penguat)

Reinforcement adalah proses untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dengan cara memberikan konsekuensi secara langsung setelah perilaku yang diinginkan muncul. Positif reinforcement adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul. Negatif reinforcement adalah mengambil/ mencabut hal yang kurang menyenangkan setelah peirlaku yang diharapkan muncul, contoh: minum aspirin untuk mengurangi rasa sakit. Penguatan ada tiga:

Penguatan Natural: Terjadi secara alamiah dan spontan, contoh: makan yang menjadi penguat dari rasa lapar, senyum kepada seseorang mengarah pada pecakapan.

Penguatan Sosial: Ketika penguatan melalui aksi atau TL orang lain:

a. Penguatan Sosial Positif: meminta teman untuk mengambilkan uang di atm
b. Penguatan Sosial Negatif: meminta teman untuk mengecilkan suara di tv

Penguatan Otomatis: Ketika perilaku menghasilkan penguatan dari kontak langsung dengan lingkungan:

a. Penguatan Otomatis Positif, contoh: di atm.
b. Penguatan Otomatis Negatif, contoh: mengecilkan suara di tv

c. Penguat Intrinsik dan Ekstrinsik

Penguatan intrinsik adalah penguatan dimana individu menikmati kegiatan tersebut untuk dirinya sendiri sebagai bentuk hadiah. Penguatan ekstrinsik adalah penguatan untuk memberikan motivasi kepada orang lain yang perilaku tersebut tidak bisa dinikmati tanpa orang lain di dalamnya.

d. Punishment

Punishment adalah konsekuensi tidak menyenangkan yang bertujuan untuk melemahkan perilaku yang tidak diinginkan.
  • Positive Punishment: mengurangi frekuensi dari respon yang biasanya secara tetap ditampilkan dengan menghadirkan konsekuensi negatif. Contoh: hukuman, time out. 
  • Negative Punishment/Response cost: mengurangi respon dari respon dengan cara mencabut hal-hal yang menyenangkan. Contoh: kalau tidak mau menolong ibu, maka PS nya ibu ambil lagi 

e. Konsekuensi yang Diberikan Secepatnya

Prinsip yang penting dalam belajar adalah konsekuensi yang diberikan harus langsung tanpa ada penundaan, hal ini karena dua hal: pertama, membuat hubungan yang jelas perilaku dengan konsekuensi. Dua, hal tersebut meningkatkan nilai dari konsekuensi tersebut.

f. Shaping

Belajar dengan cara bertahap kembudian memberikan reinforcement atau penguatan pada perilaku yang mendekati respon yang diinginkan. Contoh: kriteria puas atau tidaknya kamu seiring berubah dengan bertambah mahirnya kamu memainkan piano (dengan kata lain stimulus yang dihasilkan dari tingkah laku itu sendiri menjadi reinforcement/penguatan pada perilaku tersebut).

g. Extinction

Perilaku yang sebelumnya mendapat penguatan, tidak lagi mendapatkan penguatan (diabaikan) perilaku yang tidak diinginkan akan berhenti. Ekstingsi fokus untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Penelitian Hasazi dan Hasazi (1972). Para peneliti melihat hal ini bahwa guru memberikan “perhatian” untuk memperbaiki kesalahan si anak (yang menuliskan angka terbalik) menimbulkan efek penguatan reinforcing”. Ekstingsi guru tidak memberikan perhatian kesalahan dalam penulisan menurun.

Hasil penelitian ini menarik karena banyak ahli meyakini bahwa kesalahan penulisan sebagai gangguan belajar, namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan penulisan merupakan bentuk tingkah laku operan yang diperkuat oleh perhatian guru.

Contoh 1:

Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi

Contoh 2:

Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi

Burst Extinction Contoh: ketika seseorang tidak mendapatkan sekaleng minuman setelah memasukkan uang ke dalam mesin minuman (vending machine) maka orang tersebut cenderung menekan tombol lebih sering (secara frekuensi) dan menekan tombol lebih keras lagi (intensitas yang makin naik) sebelum akhirnya menyerah). 

Ketika ekstingsi dilakukan maka ada dua hal yang terjadi: Ketika perilaku tidak mendapat penguatan maka perilaku yang muncul menjadi lebih tinggi frekuensi, durasi dan intensitasnya sebelum akhirnya berhenti (Lerman & Iwata, 1995). Munculnya perilaku yang biasanya tidak muncul dikejadian lainnya, akan terjadi pada waktu yang singkat setelah proses ekstingsi dilakukan dan hal tersebut adalah hal yang alami sebelum akhirnya perilaku tersebut berhenti.

h. Schedule Reinforcement

Continuous reinforcement schedule (CRF schedule)--- Acquisition: jadwal yang digunakan ketika seseorang mempelajari TL baru. Penguatan intermiten: pemberian reinforcer dengan memperhatikan selang waktu, tidak memberikannya setiap kali perilaku yang diinginkan muncul: Fixed Ration (FR), Fixed Interval (FI), Variable Ratio (VR), Variable Interval (VI). Fixed Ration (FR): membutuhkan sejumlah perilaku yang diharapkan untuk pemberian sekali reinforcement/ penguatan.

Fixed Interval (FI): setiap selang waktu tertentu diberikan penguatan. Contoh: setiap 2 tahun sekali ada bonus. Variable Ratio (VR): pemberian reinforcement/ penguatan untuk sejumlah perilaku/respon yang jumlahnya bervariasi. Variable Interval (VI): pemberian reinforcement/ penguatan tidak ditentukan waktunya. Contoh: pemberian hadiah kadang 1 bulan sekali, kadang 1 tahun sekali, namun dirata2kan setiap 6 bulan (tunggu naik kelas).

i. Maintanace

Bahwa ada saat tertentu di mana reinforcement nilai penguatan karena perilaku yang diharapkan sudah muncul maka perilaku tidak perlu di reinforce dari luar karena perilaku bisa jadi sudah di reinforce dari dalam. Contoh: ketika anak belajar membaca, maka reinforcement sangat bagus diberikan. Namun ketika anak sudah mampu membaca, dan dia sudah tahu manfaatnya maka tidak perlu lagi penguatan dari luar.

j. Peranan dari Antecedent

Antecedent adalah faktor penyebab dari munculnya sebuah perilaku. Untuk proses membentuk perilaku baru dalam belajar maka guru harus tahu faktor pencetus apa saja yang menyebabkan anak melakukan suatu tindakan.

Teori Belajar Sosial

Tokoh dari teori belajar sosial adalah Bandura. Bandura mengkritik teori Skinner yang sangat menekankan konsekuensi dari sebuah perilaku dan mengabaikan fenomena modeling- dengan meniru perilaku orang lain- belajar dari kesalahan dan kesuksesan orang lain. Menurut Bandura manusia tidak hanya belajar melalui konsekuensi akan tetapi belajar lebih efektif apabila langsung meniru dari orang yang bisa dijadikan model. 

Contoh: guru olah raga yang mempraktikkan cara melompat, berjalan kemudian murid menirukannya. Bandura mengatakan bahwa pada proses ini tidak ada proses percobaan, anak-anak belajar tidak harus melalui proses shaping akan tetapi bisa memproduksi respon yang benar.

Bandura membagai belajar melalui observasi ke dalam empat kategori: atensi, retensi, reproduksi, dan fase motivasi.
  • Fase attensi: fase pertama adalah murid belajar mengobservasi dan memperhatikan model. Secara umum, anak belajar melalui model yang menarik, sukses, dan popular. Hal inilah yang menyebabkan banyak anak yang meniru gaya berpakaian, rambut, dan perilaku dari para artis. Di dalam kelas, guru yang mendapat perhatian siswa adalah yang mepresentasikan subjek dengan cara yang jelas dan menari, dengan cara penyampaian yang member kejutan dan memotivasi. 
  • Fase retensi: fase dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan apa yang sudah dilihatnya. Contoh setelah guru menuliskan huruf A, maka siswa diberi kesempatan untuk menuliskan huruf A. 
  • Fase reproduksi: pada fase ini siswa berusaha mencocokkan perilaku mereka dengan perilaku orang yang mereka contoh. Misal: setelah siswa mempraktekkan menulis huruf A beberapa kali, kemudian di lihat apakah huruf A nya sama seperti yang dituliskan oleh guru atau tidak. 
  • Fase motivasi: fase yang terakhir fase dimana siswa mengimitasi guru karena siswa percaya dengan melakukan hal tersebut kesempatan untuk mendapatkan penguatan. Karena anak-anak belajar bahwa hal seperti inilah yang disukai oleh guru, sehingga mereka bekerja sangat keras untuk bisa atau mirip dengan yang gurunya lakukan. 

Vicarious Learning: Belajar melalui observasi didorong oleh pengalaman mengimitasi dengan benar yang kemudian mendapat penguatan. Hal penting lainnya adalah orang juga belajar tentang penguatan dan hukuman dari perilaku atau respon yang dia lakukan. Oleh karenanya distributor majalah memasukkan foto yang bagus dari para pemenang perlombaan, meskipun kita tahu kemungkinan kita untuk menang itu kecil, tapi ada keinginan untuk meniru para juara tersebut.

Guru kelas sering menggunakan vicarious learning ini, contoh: ketika seorang anak yang sangat susah untuk mengerjakan tugas dan selalu mencari-cari alasan, namun guru selalu memuji anak yang lain yang mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Kemudian anak yang susah untuk mengerjakan tugas akan melihat hal tersebut dengan harapan akan berhenti bermain dan melanjutkan tugasnya.

Eksperimen yang dilakukan oleh Bandura (1965), anak-anak diperlihatkan pada 3 buah film, sebuah film berisi tentang: perilaku agresif orang dewasa, satu buah lagi berisi model yang mendapatkan punishment, dan film yang berikutnya model mendapatkan pujian, yang terakhir model tidak mendapatkan konsekuensi apapun. Setelah melihat film tersebut, anak-anak dibiarkan bermain dengan mainan kemudian di amati. Anak yang mengamati model film yang mendapat perlakukan punishment cenderung kurang agresif dibandingkan anak yang menonton modelnya diberikan reward ataupun film diamana model tidak mendapat konsekuensi apapun.

Self Regualted Learning: konsep lainnya yang penting dalam belajar sosial adalah self-regulation. Bandura membuat hipotesa bahwa orang-orang mengamati perilakunya sendir, menghakimi ketika hal tersebut berlawanan dengan standard dirinya sendiri dengan cara memberikan punishment ataupun reinforcement. Contohnya ketika kita melakukan hal yang bagus maka kita cenderung untuk menepuk pundak kita sendiri.

Siswa bisa diajarkan untuk melakukan strategi self-regulation di berbagai macam konteks kehidupan. Hal ini disebut cognitive behavior modification atau yang lebih dikenal dengan nama model Meichenbaum. Pada penelitian ini, siswa dilatih untuk mengatakan kepada dirinya sendiri “apa masalah saya?” “ apa rencana saya?” “apakah saya mengerjakan rencana saya?” perilaku seperti ini bisa mengurangi perilaku yang menggangu pada anak dari berbagai tingkatan kelas. Adapun langkah untuk menggunakan teknik ini adalah:
  • Orang dewasa mencontohkan bagaimana berbicara dengan diri sendiri dengan suara yang kuat (cognitive modeling) 
  • Anak melakukan hal yang sama sesuai dengan instruksi dari model (overt, external guidance) 
  • Anak mempraktekkan instruksi yang diberikan (overt self-guidance) 
  • Anak menginstruksikan kepada dirinya sendiri dengan suara yang makin lama makin pelan (faded, overt self guidance) 
  • Anak mennginstruksikan dirinya sendiri melalui private speech (covert-self instruction). 

Perasamaan antara Meichenbaum dengan teori self-regulated learning dengan strategi vygotsky yaitu scaffolding. Dimana dua ahli ini menekankan private speech dan secara perlahan beralih dari guru sebagai fungsi kontrol ke anak sebagai orang yang memiliki fungsi kontrol. Menyemangati anak untuk melakukan self-regulated ini mengajarkan anak untuk berpikir tentang apa yang mereka pikirkan. Belajar Self-regulated tidak hanya meningkatkan performa siswa tapi juga bisa dipakai ke dalam kehidupan sehari-hari.

Kelemahan dan Kekurangan dari Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial memiliki batasan dalam pengaplikasiannya di lapangan hanya pada perilaku yang bisa diobservasi. Untuk perilaku yang tidak dapat diobservasi seperti: pemecahan masalah, berpikir, belajar dari text, sangat sulit untuk diobservasi secara langsung. Hal ini lebih terkait dengan pembelajaran kognisi. Namun begitu, teori belajar sosial membantu kita memahami bagaimana memahami perilaku dari sudut pandang sosial dan juga kognitif.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar dalam Psikologi. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar