Teori Motivasi Belajar dan Konsep Motivasi Menurut Para Ahli
Daftar Isi
“Kondisi psikologis (internal states) yang menimbulkan, mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku tertentu” (Pintrich dan Schunk, 1996)
Motivasi pada individu sangat penting karena motivasi yang dimiliki akan mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam kegiatan belajarnya. Tinggi rendah motivasi yang dimiliki seseorang mempengaruhi timbulnya keinginan untuk belajar dan banyaknya materi yang akan dipelajari karena motivasi inilah yang memberi kekuatan dan arah pada tingkah laku yang ditampilkan individu (Atkinson, 1964).
image source: blog(dot)classcraft(dot)com |
Baca juga: Prestasi Belajar dan Konsep Pengenalan Diri
Kaitan Motivasi dengan Regulasi Diri
Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004:478) mendefinisikan regulasi diri sebagai proses dimana kita terbiasa utnuk mengaktifkan dan menggunakan pemikiran, perilaku, dan emosi kita untuk mencapai tujuan kita. Motivasi merupakan salah proses mencapai regulasi diri. Siswa yang dapat meregulasi diri sendiri akan termotivasi untuk belajar.
Mereka tahu mengapa mereka belajar sehingga tindakan dan pilihan mereka memang mereka tentukan sendiri dan bukannya dikontrol orang lain. Untuk berhasil di sekolah, remaja mengembangkan ketrampilan regulasi diri yang beragam, seperti motivasi, penetapan tujuan, melihat diri sendiri, manajemen waktu, dan evaluasi diri (Zimmerman & Cleary, 2006).
Siswa yang menampilkan perilaku regulasi diri dalam belajarnya, secara pribadi mampu mengarahkan dirinya untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan baru serta tidak menunggu guru, orang tua, atau orang lain untuk memberikan instruksi (Zimmerman, 1989 dalam Anggara, 2002).
Ciri dari motivasi ekstrinsik dalam belajar di sekolah adalah aktivitas belajar dimulai atau diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. (Winkel, 1996). Orang dengan motivasi belajar ekstrinsik , tidak terlalu tertarik pada aktivitas itu sendiri semata melainkan hanya peduli pada apa yang dapat diperoleh (keuntungan) dari aktivitas itu (Wolfok, 1993).
Menurut Winkel yang tergolong bentuk motivasi ekstrinsik adalah:
Menurut Winkel (1996), pada siswa yang telah mencapai tingkat sekolah menengah Umum diharapkan bahwa bentuk motivasi intrinsik sudah menjadi lebih dominan, karena pada tahap perkembangan ini siswa sudah mampu menyadari pentingnya belajar bagi perkembangan dan kemajuannya sendiri.
“Daya penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan, dimana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki” (Winkel, 1996)
Dalam belajar di sekolah, motivasi berprestasi terwujud sebagai daya gerak siswa untuk mengusahakan kemajuan dalam belajar dan mengejar taraf prestasi maksimal demi pengayaan diri sendiri dan penghargaan diri sendiri (Winkel, 1996).
Menurut John W. Atkinson, motivasi berprestasi dapat tinggi atau rendah didasarkan pada dua aspek yang terkandung didalamnya, yaitu:
Seseorang dengan harapan untuk berhasil lebih besar daripada ketakutan atau kegagalan (Ms>Maf) dikelompokkan ke dalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedangkan seseorang yang memiliki ketakutan akan kegegalan yang lebih besar daripada harapan untuk berhasil (Maf>Ms) dikelompokan ke dalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
Siswa yang menampilkan perilaku regulasi diri dalam belajarnya, secara pribadi mampu mengarahkan dirinya untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan baru serta tidak menunggu guru, orang tua, atau orang lain untuk memberikan instruksi (Zimmerman, 1989 dalam Anggara, 2002).
Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik
Menurut Winkel (1996), motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik menurut Huffman, Vernoy &Vernoy (1997) adalah “the desire to perform an act for its own sake”. Orang dengan motivasi belajar intrinsik tidak membutuhkan hadiah atau hukuman untuk membuat mereka belajar karena aktivitas belajar itu sendiri sudah menguntungkan . Mereka menikmati tugasnya atau perasaan pencapaian prestasi yang diperolehnya (Wolfok, 1993). Sedangkan motivasi ekstrinsik menurut Huffman, Vernoy &Vernoy (1997) adalah: “The desire to perform an act because of external reward or avoidance of punishment”.Ciri dari motivasi ekstrinsik dalam belajar di sekolah adalah aktivitas belajar dimulai atau diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. (Winkel, 1996). Orang dengan motivasi belajar ekstrinsik , tidak terlalu tertarik pada aktivitas itu sendiri semata melainkan hanya peduli pada apa yang dapat diperoleh (keuntungan) dari aktivitas itu (Wolfok, 1993).
Menurut Winkel yang tergolong bentuk motivasi ekstrinsik adalah:
- Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan.
- Belajar demi memperoleh hadiah yang dijanjikan
- Belajar demi meningkatkan gengsi social
- Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting
- Belajar demi memenuhi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau untuk memenuhi persyaratan kenaikan jenjang.
Menurut Winkel (1996), pada siswa yang telah mencapai tingkat sekolah menengah Umum diharapkan bahwa bentuk motivasi intrinsik sudah menjadi lebih dominan, karena pada tahap perkembangan ini siswa sudah mampu menyadari pentingnya belajar bagi perkembangan dan kemajuannya sendiri.
Motivasi Berprestasi
Salah satu jenis motivasi yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi (Slavin 1994). Motivasi berprestasi dalam rangka belajar di sekolah menjadi intensifikasi (peningkatan) dari bentuk motivasi intrinsik (Winkel, 1996). Motivasi berprestasi itu sendiri adalah :“Daya penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan, dimana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimiliki” (Winkel, 1996)
Dalam belajar di sekolah, motivasi berprestasi terwujud sebagai daya gerak siswa untuk mengusahakan kemajuan dalam belajar dan mengejar taraf prestasi maksimal demi pengayaan diri sendiri dan penghargaan diri sendiri (Winkel, 1996).
Menurut John W. Atkinson, motivasi berprestasi dapat tinggi atau rendah didasarkan pada dua aspek yang terkandung didalamnya, yaitu:
- Harapan untuk sukses atau berhasil (motive of success/Ms)
- Ketakutan akan kegagalan (Motive avoid failure/Maf)
Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi
1. Resiko pemilihan tugas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung memilih tugas dengan derajat kesulitan yang sedang, yang memungkinkan berhasil. Mereka menghindari tugas yang terlalu mudah karena sedikitnya kepuasan yang di dapat. Mereka juga menghindari tugas yang sangat sulit karena kemungkinan untuk berhasil sangat kecil (Morgan , dkk, 1986, McClelland, 1987)2. Membutuhkan umpan balik
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai bekerja dalam situasi di mana mereka memperoleh umpan balik yang kongkrit mengenai apa yang sudah mereka lakukan. Karena jika tidak, mereka tidak dapat mengetahui apakah mereka sudah melakukan sesuatu dengan baik dibandingkan dengan yang lain atau belum. Umpan balik ini selanjutnya akan dipergunakan untuk meningkatkan prestasinya (McClelland, 1987).3. Tanggung Jawab
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih bertanggung jawab secara pribadi pada hasil kinerjanya, karena hanya dengan begitu mereka dapat merasa puas saat dapat menyelesaikan tugas dengan baik (McClelland, 1987)4. Ketekunan
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi lebih bertahan atau tekun dalam mengerjakan tugas, bahkan saat tugas tersebut menjadi sulit (Cooper dalam Huffman, 1997).5. Inovatif
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih sering mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan suatu hal dan mereka seharusnya lebih inovatif (McClelland, 1987).6. Tertarik pada kompetisi dan Kesempatan untuk unggul
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi lebih tertarik pada karir dan tugas-tugas yang melibatkan kompetisi dan kesempatan untuk unggul. Mereka juga lebih berorientasi pada tugas dan mencoba untuk mengerjakan dan menyelesaikan lebih banyak tugas dari pada individu dengan motivasi berprestasi rendah (McClelland, 1987).Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
McCleland menjelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi, yaitu:
1. Harapan orang tua terhadap anaknya.
Orang tua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anaknya untuk bertingkah laku yang mengarah pada pencapaian prestasi. Dari penelitian diperoleh orang tua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya. Mereka berkomunikasi, mendengarkan anak mereka dan memastikan anak mereka menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Mereka memberikan kesempatan bagi anak mereka untuk mengembangkan diri mereka agar dapat berdiri sendiri.2. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu yaitu pada masa kanak-kanak awal terutama melalui interaksi dengan significant other menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada seseorang.3. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan
Bila dibesarkan dalm budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif serta suasana yang mendorong individu untuk memecahlan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasasaan takut gagal maka akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.4. Peniruan tingkah laku (modeling)
Melalui observational learning anak meniru banyak karakteristik dari model termasuk kebutuhan untuk berprestasi.Lingkungan tempat proses belajar berlangsung.Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, member semangat dan optimism bagi siswa dalam belajar cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap kompetisi dan tidak khawatir kegagalan.
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Pemberian Ganjaran pada diri sendiri untuk memperkuat perilaku yang diinginkan. Prinsip dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwa kegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif (misalnya nonton, jajan, jalan-jalan) yang dapat dipakai sebagai ganjaran dari kegiatan lain yang kurang disenangi.Penetapan sasaran (goal setting) secara efektif.
Motivasi yang efektif menuntut pengarahan tingkah laku. Teknik yang menyertainya disebut dengan Goal setting. Goal(sasaran) adalah sesuatu yang hendak dicapai misalnya menyelesaikan tugas tepat waktu. Goal setting adalah menerapkan sasaran bagi diri kita. Goal yang lebih terperinci dan berada dibawah kendali kita cenderung memunculkan usaha yang lebih besar daripada goal yang bersifat umum.Moran (1997) mengajukan prinsip Goal setting yang disebut SMART yaitu:
- S = Specific, makin jelas sasaran belajar, maka akan lebih besar kemungkinan mencapainya.
- M = Measurable, Sasaran tersebut dapat terukur kemajuannya.
- A = Action Related, ada urutan/langkah-langkah pencapainnya
- R = Realistic, dapat dicapai
- T = Time based, ada batas waktu
Peningkatan Lingkungan Belajar
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:- Temukan ruang belajar yang nyaman
- Waktu belajar teratur
- Perhatikan kegiatan lain apakah perlu dikurangi
- Lakukan SMART secara sistematik
- Semangat.
Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Motivasi Belajar dan Konsep Motivasi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar