Teori Motivasi, Prestasi, dan Manajemen dalam Mengatasi Masalah Belajar

Daftar Isi
Teori Motivasi, Pengajaran, dan Pembelajaran yang Baik - Setelah sebelumnya kami Universitas Psikologi menyajikan artikel tentang proses informasi dalam belajar, maka kali ini kita akan membahas tentang motivasi, gaya belajar, pembelajaran dalam kelas, dan manajemen kelas. Tentu saja artikel ini akan sangat bermanfaat bagi anda yang sedang mulai belajar suatu hal. Karena dengan anda membaca artikel ini akan membantu anda memperoleh informasi-informasi tentang tips belajar yang bermanfaat, langsung saja disimak untuk pembaca setia universitaspsikologi.com
Teori Motivasi, Manajemen, dan Pembelajaran yang Baik
image source: www(dot)totalwomenscycling(dot)com 
Baca juga: Teori Belajar dan Prinsip Belajar

Menyelidiki Motivasi

a. Pengertian motivasi

Motivasi adalah yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Perspektif psikologis menjelajahi mepat persepktif ilmu yaiut: ilmu perilaku, humanistis, kognitif dan sosial.

b. Perspektif atas motivasi

Perspektif ilmu perilaku atas motivasi menekankan bahwa penghargaan dan hukuman eksternal adalah faktor kunci yang menentukan motivasi siswa. Insentif adalah stimulus atau kejadian positif dan negative yang dapat memotivasi perilaku siswa. Perspektif humanistis menekankan kapaasitas kita untuk pertumbuhan personal, kemerdekaan untuk memilih nasib kita sendiri, dan kualitas-kualitas positif kita. menurut perspektif humanistic Maslow, terdapat hirarki motif dan kebutuhan siswa yang harus dipuaskan dalam urutan tertentu.

Aktualisasi diri, kebutuhan yang tertinggi dan paling sulit untuk dipahami yang dideskripsikan Maslow, melibatkan motivasi untuk mengembangkan potensi penuh seseorang sebagai manusia. Dalam perspektif kognisi pada motivasi, pemikiran siswa membinging motivasi mereka. Perspektif kognitif berfokus pada motivasi internal untuk berprestasi, atribusi, keyakinan siswa bahwa mereka dapat secara efektif mengendalikan lingkungan mereka, serta penetapan tujuan, perencanaan, dan pemantauan kemajuan terhadap sebuah tujuan. Perspektif kognitif ini berhubungan dengan konsep motivasi kompetensi dari R.W. White. Perspektif sosial menekankan kebutuhan akan afiliasi.

Proses untuk Berprestasi

a. Motivasi ekstrinsik dan intrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu ayng lain (sebuah cara untuk mencapai suatu tujuan). Motivasi intrinsic adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri (sebuah tujuan itu sendiri). Secara keseluruhan, sebagian besar ahli merekomendasikan bahwa guru menciptakan suasana kelas di mana siswa termotivasi secra intrinsic untuk belajar. Salah satu pandangan dari motivasi intrinsic menekankan karakteristik determinasi dirinya. Dengan member siswa sejumlah pilihan dan memberikan kesempatan bagi tanggung jawab personal, dapat meningkatkan motivasi intrinsic.

Csikszentmihalyi menggunakan istilah penghayatan (flow) untuk mendeskripsikan pengalaman optimal dalam hidup, yang melibatkan rasa kemampuan menguasai dan tenggelamdalam keadaan konsentrasi pada sebuah aktivitas. Penghayatan paling sering terjadi dalam area yang membuat siswa tertantang dan merasa diri mereka mempunyai keterampilan tingkat tinggi. Minat di konsepkan lebih spesifik daripada motivasi intrinsic dan minat dihubungkan secara positif pada pembelajaran. Hal yang penting bagi guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat secara kognitif dan mengembangkan tanggung jawab atas pembelajaran mereka.

Dalam sejumlah situasi, penghargaan malah dapat melemahkan kinerja. Ketika penghargaan digunakan, penghargaan tersebut harus menyampaikan informasi mengenai kemampuan menguasai tugas daripada kendali eksternal. Para peneliti telah menemukan bahwa bersamaan dengan perpindahan siswa-siswa dari tahun-tahun sekolah dasar ke sekolah menengah atas, motivasi intrinsic mereka menurun, terutama selama tahun-tahun sekolah dasar ke sekolah menengah atas, motivasi intrinsic mereka menurun, terutama selama tahun-tahun sekolah menengah.

Konsep kesesuaian orang dengan lingkungannya menarik perhatian pada kurangnya kesesuaian antara meningkatnya kepentingan remaja dalam otonomi dan meningkatnya kendali sekolah, yang menghasilkan evaluasi diri dan sikap negative siswa terhadap sekolah. Secara keseluruhan, terdapa kesimpulan yang kuat bahwa strategi yang bijaksana adalah untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendorong siswa untuk termotivasi secara instrinsik. Akan tetapi, dalam banyak situasi dunia nyata, baik motivasi intrnsik maupun ekstrinsik terlibat serta terlalu sering motivasi intrinsic dan ekstrinsik telah diadu satu sama lain sebagai kutub yang berlawanan.

b. Atribusi

Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk mengungkapkan penyebab yang mendasari perilaku dalam usaha untuk memahami perilaku. Weiner mengidentifikasi tiga dimensi dari penyebab atribusi: (1) lokus, (2) stabilitas, dan (3) kemampuan mengendalikan. Kombinasi dimensi-dimensi ini menghasilkan penjelasan berbeda atas kegagalan dan keberhasilan.

c. Mastery motivation

Orientasi kemampuan menguasai sesuatu (mastery motivation) berfokus pada tugas daripada kemampuan, melibatkan afek positif, dan meliputi strategi berorientasi solusi. Orientasi pada rasa put us asa berfokus pada ketidakmampuan, menghubungkan kesulitan pada kurangya kemampuan, dan menampillam afek negative (seperti kecemasan dan kebosanan). Orientasi kinerja adalha mementingkah hasil prestasi daripada proses prestasi.

d. Efikasi diri

Efikasi diri adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif. Bandura menekankan bahwa efikasi diri adalah sebuah faktor penting yang menentukan apakah siswa akan berprestasi. Schunk berargumen bahwa efikasi diri mempengaruhi pilihan tugas siswa dan siswa dengan efikasi diri rendah menghindari banyak tugas pembelajaran, khususnya yang menantang. Strategi pembelajaran yang menekankan “saya dapat melakukannya” memberikan manfaat bagi siswa. Guru dengan efikasi diri rendah menjadi terperosok dalam masalah keals. Dengan menetapkan tujan yang spesifik, bersifat proksimal (jangka pendek), dan menantang dapat menguntungkan efikasi dari prestasi siswa.

e. Penetapan tujuan, perencanaan, dan pemantauan diri

Dweck danNicholls mendefinisikan tujuan dalam pengertian fokus secara dekat terkait prestasi dan definisi atas sukses. Menjadi seorang perencana yang baik dapat membantu siswa mengelola waktu secara efektif, menetapkan prioritas, dan terorganisasi. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan manajemen waktu mungkin akan member manfaaat pada pembelajaran dan prestasi mereka. Pemantauan diri adalah sebuah aspek kunci dari pembelajaran dan prestasi.

f. Ekspektasi

Ekspektasi siswa untuk sukses dan nilai yang mereka tempatkan pada apa yang ingin mereka capai mempengaruhi motivasi mereka. Kombinasi dari ekspektasi dan nilai telah menjadi fokus dari jumlah model motivasi prestasi. Ekspektasi guru dapat mempunyai pengaruh yang kuat pada motivasi dan prestasi siswa. Guru sering kali mempunyai ekspektasi yang lebih tinggi untuk siswa-siswa dengan kemampuan tinggi dibandingkan untuk siswa-siswa dengan kemampuan rendah. Hal yang penting bagi guru adalah untuk memonitor espektasi mereka dan mempunyai ekspektasi tinggi untuk semua siswa.

Motivasi, Hubungan, dan Kontesks Sosial Budaya

a. Motif sosial

Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dipelajari melalui pengalaman terhadap dunia sosial. Kebutuhan untuk afiliasi atau ketertarikan merupakan motif untuk secara aman terhubung kepada orang lain, yang terdiri dari pembentukan, pemeliharaan, serta pemulihan hubungan yang hangat, dekat, dan personal.

b. Hubungan sosial

Dalam pengertian persetujuan sosial, baik persetujuan dari guru maupun teman sebaya merupakan hal yang penting. Kecocokan dengan teman sebaya memuncak pada awal masa remaja, waktu untuk member keputusan penting baik untuk mengejar motif akademis atau sosial. Pemahaman akan peran orangtua dalam motivasi siswa akan berfokus pada karakteristik demografis (seperti tingkat pendidikan, waktu yang dihabiskan di tempat kerja, dan struktur keluarga), praktik mengasuh anak (seperti memberikan tantangan dan dukungan dalam jumlah yang tepat), serta pemberian pengalaman spesifik di rumah (seperti: pemberian bahan bacaan). Teman-teman sebaya dapat memengaruhi motivasi siswa melalui perbandingan sosial, kompetensi sosial, pembelajaran teman sebaya, dan pengaruh kelompok teman sebaya. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan dan perhatian seorang guru dapat memainkan peran yang kuat dalam motivasi siswa. Gaya pembelajaran dan manjerial guru juga dapat memainkan peran dalam prestasi siswa. Sebuah aspek penting dari motivasi siswa adalah dengan melibatkan orangtua sebagai rekanan anda dalam mendidik siswa.

c. Konteks sosial budaya

Guru harus mengenali danmenghargai keberagaman dalam kelompok budaya manapun serta harus berhati-hati untuk membedakan pengaruh status sosial ekonomi dari status etnisitas. Perbedaan dalam prestasi lebih dihubungkan dengan status sosial ekonomi dibandingkan pada etnisitas. Kualitas sekolah untuk banyak siswa yang miskin secara sosial ekonomi adalh lebih rendah dibandingkan siswa berpenghasilan menengah. Perbedaan gender dalam prestasi melibatkan keyakinan dan nilai-nilai. Sebagai contoh, anak perempuan mempunyai keyakinan kompetensi lebih tinggi untuk bahasa Inggris dan membaca serta anak laki-laki mempunyai keyakinan kompetensi lebih tinggi untuk matematika dan olahraga. Yang menjadi perhatian khusus adalah perbedaan gender dalam interaksi guru-siswa, kurikulum dan materi, pelecehan seksual, serta bias gender.

Siswa dengan Masalah Prestasi

a. Siswa yang beprestasi rendah dna mempunyai ekspektasi keberhasilan rendah

Siswa dengan kemampuan rendah serta ekspektasi keberhasilan rendah sering membutuhkan dorongan dan dukungan, tetapi perlu diingatkan pula bahwa kemajuan dapat diterima hanya jika disertai dengan usaha yang keras. Seorang siswa dengan sindrom kegagalan (yang mempunyai ekspektasi sukses rndah dan mudah menyerah) kemungkinan akan mendapatkan manfaat dari metode pelatihan kognitif seperti pelatihan efikasi, pelatihan atribusi, dan pelatihan strategi.

b. Siswa yang melindungi nilai diri mereka dengan menghindari kegagalan

Siswa yang termotivasi untuk melindungi nilai diri dan menghindari kegagalan sering kali terlibat dalam satu atau lebih strategi tidak efektif berikut: nonkinerja, prokastinasi, atau penetapan tujuan yang tidak terjangkau. Siswa-siswa ini lebih membutuhkan bimbingan dalam menetapkan tujuan yang menantang, tetapi realistis, membutuhkan dikuatkannya hubungan antara usaha mereka dan nilai diri serta memndapatkan manfaat dari emgnembangkan keyakinan positif mengenai kemampuan mereka.

c. Siswa yang melakukan prokastinasi

Prokastinasi memiliki banyak bentuk, termasuk mengabaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan pergi, meremehkan jumlah kerja yang dibutuhkan suatu tugas, menghabiskan waktu berjam-jam pada aktivitas yang bernilai, tetapi mempunyai prioritas lebih rendah, dan lainnya. Strategi untuk membantu siswa mengatasi prokastinasi termasuk mengakui bahwa mereka mempunyai masalah prokastinasi, mendorong mereka untuk mengidentifikasi nilai-nilai dan tujuan mereka, membantu mereka mengelola waktu secara lebih efektif, membuat mereka membagi tugas ke dalam bagian-bagian yang leibh kecil, serta mengajar mereka untuk menggunakan strategi ilmu perilaku dan kognitif.

d. Siswa yang perfeksionis

Berpikir perfeksionis adalha bahwa kesalahan tidak dapat diterima dan standar tertinggi kinerja selalau harus tercapai. Perfeksionis rentan terkena sejumlah masalah kesehatan fisik dan mental. Guru dapat membantu siswa dengan kecenderungan perfeksionis dengna meminta mereka membuat daftar keuntungan dan kerugian dari usaha menjadi sempurna, membimging siswa menjadi sadar atas sifat kritis diri dari pemikiran “semua atau tidak sama sekali”, membantu mereka menjadi lebih realistis mengenai apa yang dapat mereka capai, mendorong mereka untuk menetapkan batas waktu pada proyek mereka, dan membantu mereka belajar menerima kritik.

e. Siswa dengan kecemasan tinggi

Kecemasan adalh sebuah perasaan tidak menyenangkan akan ketakutan dan kekhawatiran yang tidak begitu jelas. Kecemasan tinggi dapat dihasilkan dari ekspektasi orangtua yang tidak realistis. Kecemasan siswa meningkat seiring bertambah tuanya usia mereka serta menghadapi lebih banyak evaluasi, pembanding sosial, dan kegagalan (bagi sejumlah siswa). Program kognitif yang menggantikan pemikiran siswa yang merusak dairi dengan pemikiran yang lebih positif dan konstruktif terbukti lebih efektif dibandingkan program relaksasi dalam membawa manfaat pada prestasi siswa.

f. Siswa yang tidak tertarik atau terasing

Strategi untuk membantu siswa yang tidak berminat atau terasing meliputi pembentukan hubungna positif dengan siswa, membuat sekolah lebih menarik secara intrinsic, menggunakan strategi pengajaran untuk membuat pekerjaan akademis lebih menyenangkan, dan mempertimbangkan penggunaan mentor dalam komunitas atau siswa yang lebih tuasebagai peribadi pendukung bagi siswa tersebut.

Manajemen dalam Kelas

a. Isu manajemen di kelas-kelas sekolah dasar dan sekolah menengah

Kebanyakan isu manajemen adalah isu manajemen yang sama di seluruh kelas sekolah dasar dan sekolah menengah. Namun, perbedaan di dalam kelas sekolah dasar dan sekolah menengah mempunyai cara tersendiri bagaiman akelas harus dikelola; guru sekolah dasar sering melihat 20-25 siswa yang sama sepanjang hari; guru sekolah menengah melihat 100-150 siswa selama kurang lebih 50 menit setiap hari. Pembatasan, rasa bosan, dan interaksi dengna orang-orang yang sama sepanjang hari di sekolah dasar bias menimbulkan masalah. Guru sekolah menengah harus menyampaikan pelajaran dengan cepat. Mereka juga melihat berbagai masalah yang lebih luas. Masalah ini bias menjadi lebih parah daripada masalah siswa-siswa sekolah dasar. Siswa sekolah menengah mungkin menuntut penjelasan yang lebih logis serta terperinci mengenai peraturan dan kedisiplinan.

b. Ruang kelas yang besar, kompleks, dan menimbulkan kekacauan

Doyle mendeskripsikan enam karakteristik yang mencerminkan kompleksitas kelas dan potensi untuk masalah: (1) multidimensionalitas, (2) aktivitas yang berlangsung secara bersamaan, (3)peristiwa yang terjadi dengan cepat, (4) peristiwa yang tidak dapat diramalkan, (5) kurangnya privasi, dan (6) sejarah kelas.

c. Memulai awal yang tepat

Strategi yang bagus untuk memulai awal yang tepat adalah dengan (1)menetapkan ekspektasimengenai peirlaku dan menyelesaikan ketidakpastian siswa, (2) memastikan bahwa siswa mengalami keberhasilan, (3) selalu siap sedia dan terlihat, serta (4) memegang kendali.

d. Menekankan pembelajaran dan suasana kelas yang positif

Fokus dalam psikologi pendidikan biasanya ada pada kedisiplinan. Sekarang focus tersebut ada pada pengembangan dan pemliharaan lingkungan kelas yang positif yang mendukung pembelajaran. Hal ini melibatkan penggunaan strategi manajemen yang proaktif daripada tenggelam dalam taktik disiplin yang reaktif. Menurut sejarah, kelas yang diatur dengan baik dikonseptualisasikan sebagai “mesin yang diminyaki dengan baik”, tetapi sekarang kelas lebih dipandang sebagai “aktivitas sarang lebah”. Kounin menemukan bahwa pengelola kelas yang baik secara efektif mengelola aktivitas kelompok.

e. Strategi dan tujuan manajemen

Tujuan dan strategi meliputi (1) membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu dalam pembelajaran dan lebih sedikit waktu dalam aktivitas yang tidak mengarah pada tujuan (mempertahankan aliran aktivitas, meminimalisasi waktu transisi, dan membuat siswa bertanggung jawab) dan 2) mencegah siswa mengembangkan masalah.

Merancang lingkungan fisik kelas

a. Prinsip susuan kelas

Prinsip dasar rancangan yang efektif dari lingkungna fisik kelas meliputi (1) mengurangi hambatan di area macet, (2) memastikan bahwa anda bisa dengan mudah melihat semua siswa, (3) membuat materi pengajaran dan persediaan siswa yang sering digunakan menjadi bisa diakses dengan mudah, serta (4) memastikan bahwa semua siswa bisa melihat presentasi seluruh kelas.

b. Gaya susunan

Gaya susunan kelas meliputi autidtorium, berhadap-hadapan, off-set, seminar, dan kelompok. Hal yang penting untuk menyesuaikan ruang kelas dan menjadi perancang lingkungan yang mempertimbangkan aktivitas apa yang melibatkan siswa-siswa, menggambar rencana denah, melibatkan siswa dalam rancangan ruang kelas, serta mencoba sususnan tersebut dan bersikap fleksibel dalam merancang ulang susunan itu.

Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran

a. Strategi umum

Menggunakan gaya manajemen kelas yang demokratis daripada gaya otoriter dan permisif. Gaya demokratis melibatkan banyak pertukaran vrbal dengan siswa, sikap perhatian kepada siswa, dan batasan untuk perilaku siswa bila perlu. Pengajaran yang demokratis berhubungan dengan perilaku siswa yang kompeten. Karya Kounin menyingkap karakteristik lain yang berhubungna dengna manajemen kelas yang efektif: memperlihatkan keadaan untuk mengikuti perkembangan, menangani situasi yang muncul bersamaan, mempertahankan kelancaran dankontinuitas dalam pelajaran, serta melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang menantang.

b. Menciptakan, mengajarkan, serta menegakkan peraturan dan prosedur

Membedakan antara peraturan dan prosedur serta mempertimbangkan kesesuaian, melibatkan siswa dalam diskusi dan pembuatan peraturan. Peraturan kelas harus (1) masuk akal dan penting, (2) jelas dan bisa dipahami, (3) konsisten dengan tujuan pengajaran dan pembelajaran, seta (4) kompatibel dengan peraturan sekolah.

c. Membuat siswa-siswa bekerja sama

Membuat siswa-siswa bekerja sama melibatkan (1) pengembangan hubungan yang positif antara siswa-siswa, (2) membuat siswa-siswa berbagi dan memikul tanggung jawab (melibatkan siswa dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah dan kelas, mendorong ssiwa untuk menilai perilaku mereka sendiri, tidak menerima alasan, serta memberi waktu bagi strategi tanggung jawab diri untuk berfungsi); serta (3) menghargai perilaku yang baik (memiliki penguatan yang efektif, menggunakan dorongan dan pembentukan secara efektif, serta menggunakan penghargaan untuk memberikan informasi tentang penguasaan).

Menjadi Seorang Komunikator yang Baik

a. Keterampilan berbicara

Beberapa halangan untuk berbicara saecara efektif melipouti tata bahasa yang buruk, penggunaan kosakata yang tidak sesuai untuk tingkat siswa, dan cara berbicara yang terlalu cepat atau terlalu pelan.anda dan siswa anda akan mendapatkan banyak manfaat apabila anda memiliki keterampilan berbicara yang efektif dan anda mengajar siswa anda dalam mengembangkan keterampilan berbicara mereka.

b. Keterampilan mendengarkan

Mendengarkan yang aktif terjadi ketika seseorang memberikan perhatian penuh kepada pembicara, yang berfokus pada materi intelektual dan emosional dari pesan. Beberapa strategi mendengarkan yang aktif adalah (1) memperhtaikan orang yang berbicara, termasuk memprtahankan kontak mata; (2) memparasakan; (3) mensintesis tema dan pola; serta (4) memberikan umpan balik dalam cara yang kompeten.

c. Komunikasi non verbal

Beberapa ahli komunikasi menekankan bahwa mayoritas komunikasi adalah komunikasi nonverbal daripada komunikasi verbal. Hal yang sulit untuk menutupi komunikasi nonverbal sehingga strategi yang bagus adalah dengna mengakui bahwa komunikasi nonverbal biasanya mencerminkan bagaimana perasaan seseorang yang sebenarnya. Komunikasi nonverbal melibatkan ekspresi wajah dan komunikasi mata, sentuhan, ruang, serta keheningan.

Menangani Perilaku Bermasalah

a. Strategi manajemen

Interventsi bisa dikarakterisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara langsung dan tegas memberi tahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau memindahkan siswa, serta emberikan penalty atau hukuman. Strategi manajemen yang baik adalah memiliki sumber yang suportif. Hal ini meliputi menggunakan siswa sebagai mediator, meminta dukungna orangtua, mendapatkan batnuan kepala sekolah atau konselor, dan mencari seorang mentor untuk siswa tersebut.

b. Manangani agresi

Kekerasan adalah persoalan utama yang semakin mengingkat di sekolah. Berisaplah untuk tindakan agresif daripihak siswa sehingga anda bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk menghindari argument atau konfrontasi emosional. Panduan yang bermanfaat untuk menangani perkelahian, peneindasan, dan tantangan atau permusuhan terhadap guru meliputi mengembangkan dan memajang peraturan lingkup sekolah dan sanksi terhadap penindasan, menenangkan peristiwa yang bermusuhan dengna merahasiakannya dan menangani siswa tersebut secara individual, serta bila dibutuhkan, mengirimkan siswa lain ke kantor untuk dimintai bantuan.

Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Motivasi, Pengajaran, dan Pembelajaran yang Baik. Semoga bermanfaat.
Universitas Psikologi
Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.

Posting Komentar