Pengertian, Karakteristik, dan Aspek-aspek Kecemasan Menurut Para Ahli
Daftar Isi
Tentang Kecemasan (Pengertian dan Aspek) |
Baca juga: Faktor Penyebab Child Abuse
Pengertian Kecemasan
Kecemasan berasal dari bahasa Latin yaitu “agustus” yang berarti kaku dan “ango, anci” yang berarti mencekik, atau dalam bahasa inggrisnya “anxiety”. Masing-masing individu memiliki tingkat rasa cemas yang berbeda-beda apabila berada pada situasi yang mengancam pada dirinya, tanpa kecemasan kita tentunya akan sulit menghindari hal-hal yang mungkin berbahaya yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental, kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman, menurut Muchlas (dalam Ghufron & Risnawita, 2010).Nevid dkk (2005) kecemasan adalah kondisi emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya saja kesehatan, relasi sosial, ujian, karier, relasi internasional, kondisi lingkungan dll.
Menurut Lazarus (dalam Trismiati, 2004) konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teori-teori tentang stres dan penyesuaian diri. Lazarus (dalam Ghufron & Risnawita, 2010) juga membedakan perasaan cemas menurut penyebabnya menjadi dua, yaitu:
a. State anxiety
State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai ancaman, misalnya mengikuti tes, menjalani operasi, atau lainnya. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan tegang yang subjektif.b. Trait anxiety
Trait anxisty adalah disposisi untuk menjadi cemas dalam menghadapi berbagai macan situasi (gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang atau menginterprestasikan suatu keadaan menetap pada individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan kepribadian yang demikian.Selanjutnya Spielberger (dalam Arvi, 2009) mengatakan bahwa kecemasan terjadi secara bertahap dan perlahan-lahan meningkat, dimana hal tersebut ditandai dengan berkurangnya kemampuan individu untuk mengontrol dan menguasai situasi yang dihadapinya. Setiap individu memiliki tingkat kecemasan yang berbeda pula dan mengalami perubahan fisiologis yang berbeda-beda pula dalam menghadapi situasi yang menurutnya berbahaya. Spielberger juga mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu rangkaian proses komplek yang berbeda pada masing-masing individu. Kecemasan merupakan keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul karena adanya antisipasi terhadap situasi yang berbahaya atau mengancam dan akibat-akibat yang ditimbulkannya dimasa yang akan datang.
Wignyosoebroto (dalam Trismiati, 2004) mengatakan ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan, apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan jelas dan tegas.
Freud (dalam Atkinson dkk) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang diikuti oleh reaksi, fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan perasaan, kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyangkau dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya.
Atkinson dkk mengemukakan 3 teori kecemasan:
a. Kecemasan sebagai konflik yang tidak disadari
Freud yakin bahwa kecemasan merupakan akibat dari konflik yang tidak disadari antara impuls id (terutama seksual dan agresif) dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan super ego. Impuls-impuls id menimbulkan ancaman bagi individu karena bertentangan dengan nilai pribadi atau nilai sosial.b. Kecemasan sebagai respon yang dipelajari
Teori belajar sosial tidak memfokuskan diri pada konflik internal tetapi pada cara-cara dimana kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu melalui proses belajar. Kadang-kadang rasa takut yang dipelajari pada masa kanak-kanak sulit dihilangkan. Bila reaksi pertama si anak adalah menghindari atau melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kecemasan, dia tidak akan dapat menentukan kapan situasi tersebut tidak berbahaya lagi.c. Kecemasan sebagai akibat kurangnya kendali
Seseorang mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang tampak berada di luar kendali mereka. Hal itu merupakan situasi baru yang harus kita atur dan kita padukan dengan pandangan kita mengenai dunia dan mengenai diri kita sendiri. Perasaan tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan apa yang terjadi merupakan pokok dari sebagian besar teori kecemasan.Karakteristik Kecemasan
Menurut Spielberger dan Sarason (dalam Faisal, 2009), dimana kecemasan memiliki karakteristik sebagai berikut:- Menilai situasi sebagai sesuatu yang menakutkan, menyulitkan dan menantang
- Berkurangnya kemampuan dan keefektifan untuk mengatasi dan mengerjakan semua tugas yang dikerjakan kepadanya
- Kesulitan mengatasi dan mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan aktifitas kognitif
- Sulit untuk berkonsentrasi dan adekuat dalam menanggung berbagai konsekuensi dan resiko yang dihadapinya
Aspek-aspek Kecemasan
Deffenbacher dan Hazeleus (dalam Ghufron & Risnawita, 2010) mengemukakan bahwa sumber penyebab kecemasan, meliputi hal-hal dibawah ini:- Kekhewatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan negatif bahwa ia lebih jelek dibandingkan dengan teman-temannya.
- Emosionalitas (imosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, dan tegang.
- Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference) merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.
Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Pengertian, Karakteristik, dan Aspek-aspek Kecemasan Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar