Teori Konsep Diri (Positif dan Negatif) Menurut Tokoh Psikologi Carl Rogers
Daftar Isi
Konsep Diri Positif dan Negatif |
Baca juga: Teori dan Dimensi Konsep Diri Fitts
Teori Konsep Diri dari Carl Rogers
Pada teorinya Rogers (1951) menggunakan pendekatan yang berpusat pada diri klien dan menekankan pada adanya keunikan serta kebebasan dalam bertingkahlaku, sebagaimana persepsi, interprestasi serta pemahaman individu terhadap simulasi dari lingkungan pada saat itu.Berikut premis-premis dasar dari pendekatan fenomenologis yang digunakan oleh Rogers:
- Tingkahlaku merupakan produk atau hasil dari persepsi individu.
- Persepsi yang dimaksud diatas lebih bersifat “phenomenological” dari pada real atau nyata.
- Konsep diri merupakan suatu persepsi dan suatu konsep yang meliputi nilai-nilai yang ditanamkan dari pola kebudayaan.
- Tingkahlaku diatur oleh konsep diri.
- Konsep diri relatif konsisten sepanjang waktu dan situasi, dan menghasilkan pola tingkah laku yang relative konsisten pula.
- Strategi defence digunakan untuk mencegah adanya kondisi incongruent.
- Hanya ada satu dorongan dasar yaitu aktualisasi diri.
Rogers memandang sifat dasar manusia pada pokoknya adalah positif, pada dasarnya adalah bergerak kearah kedewasaan, sosialisasi dan aktualisasi diri. Pandangan positif tentang manusia ini menolak Freud dengan mengemukakan pendapatnya bahwa “…kadang-kadang orang akan bersifat irrasional dalam batinnya, namun pada saat-saat seperti itu dia sedang neurotic…(Rogers ; 1967). Pada keadaannya seperti ini manusia sedikit sekali berfungsi sebagai makhluk yang sepenuhnya manusiawi. Ketika manusia berfungsi dengan bebasnya, ia terbuka terhadap pengalaman, dan bebas bertindak didalam cara positif, dapat dipercaya dan konstruktif. Rogers tidak menganggap dorongan-dorongan destruktif sudah menjadi sifat tetapi menetapkan suatu pertumbuhan yang alamiah menuju suatu kepribadian yang sehat, mengaktualisasi diri, dan menyadari dirinya.
Manusia senantiasa dalam keadaan menjadi, dimana perubahan merupakan hasil dari pendewasaan dan belajar dan arah perubahan merupakan gerakan menuju “diri yang sebenarnya”. Diri yang sebenarnya ini bukanlah merupakan keberadaan tanpa tegangan yang statis karena perubahan-perubahan dan pertumbuhan seperti itu menyingkap kemungkinan lebih lanjut tentang akan menjadi apa seseorang sesungguhnya. Pemahaman yang diberikan didalam individu mengenai isu-isu dan pilihan-pilihan yang ril, keputusan ini selalu bergerak kedepan. Struktur diri ditinjau kembali untuk mencampurkan pengalaman-pengalaman baru yang tidak konsisten dengan struktur yang telah ada didalam kondisi-kondisi yang benar-benar bebas dari ancaman.
Rogers juga menekankan akan adanya prinsip konsistensi dan kesesuaian antara diri dan pengalaman. Individu akan berusaha untuk berada dalam kondisi yang sesuai antara diri dan pengalaman serta diri idealnya. Konsep diri merupakan predisposisi untuk bertingkah laku. Sikap yang dihasilkan melalui proses persepsi terhadap diri akan memberi pengaruh pada seseorang dalam memandang dan menilai dunia sekelilingnya, dan berdasarkan penilaian inilah seseorang akan bertingkah laku. Rogers membedakan konsep diri menjadi dua kutub yang berlainan satu dengan lainnya, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang yang memiliki konsep diri yang positif, yaitu:
Individu merasa bahwa kekuatan yang lebih besar adalah diluar dirinya. Jika ketergantungan pada penguatan dari luar diri menjadi lebih besar, maka ia akan menggantungkan evaluasi dirinya kepada orang lain. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan kebutuhan akan pengakuan terhadap keadekuatan diri menjadi semakin besar, karena diri sendiri tidak mampu memberikannya.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang yang memiliki konsep diri yang negative, yaitu:
Rogers juga menekankan akan adanya prinsip konsistensi dan kesesuaian antara diri dan pengalaman. Individu akan berusaha untuk berada dalam kondisi yang sesuai antara diri dan pengalaman serta diri idealnya. Konsep diri merupakan predisposisi untuk bertingkah laku. Sikap yang dihasilkan melalui proses persepsi terhadap diri akan memberi pengaruh pada seseorang dalam memandang dan menilai dunia sekelilingnya, dan berdasarkan penilaian inilah seseorang akan bertingkah laku. Rogers membedakan konsep diri menjadi dua kutub yang berlainan satu dengan lainnya, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative.
Konsep Diri Positif
Individu yang memiliki konsep diri positif artinya ia memandang dirinya secara positif. Ia merasa bahwa dirinya berharga, disukai dan diterima. Ia akan menjadi lebih percaya diri dan ini akan membantunya untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar dirinya. Inti dari konsep diri yang positif ini adalah bahwa ia menerima keberadaan dirinya. Dan penerimaan ini lebih mungkin mengarah pada kerendahan hati dan kedermawanan diri pada keangkuhan dan keegoisan. Orang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri.Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang yang memiliki konsep diri yang positif, yaitu:
- Mampu menjadi dirinya sendiri.
- Mampu memenuhi harapan-harapannya sendiri dari pada harapan individu lain.
- Memiliki penerimaan yang lebih besar terhadap orang lain.
- Memiliki penerimaan yang lebih besar terhadap diri sendiri.
- Mampu mengarahkan kehidupannya.
- Lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalamannya.
Konsep Diri Negatif
Individu yang memiliki konsep diri negatif artinya ia memandang dirinya secara rendah, ditolak, dan ia sendiri juga menjadi kurang bisa menerima dirinya. Dalam hubungannya dengan lingkungan sosial di luar diri, individu dengan konsep diri yang negatif akan lebih tergantung dan mempengaruhi oleh lingkungan di luar dirinya. Konsistensi tingkah lakunya juga akan menjadi lebih rendah dan sangat bergantung kepada harapan diluar lingkungan di luar dirinya.Individu merasa bahwa kekuatan yang lebih besar adalah diluar dirinya. Jika ketergantungan pada penguatan dari luar diri menjadi lebih besar, maka ia akan menggantungkan evaluasi dirinya kepada orang lain. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan kebutuhan akan pengakuan terhadap keadekuatan diri menjadi semakin besar, karena diri sendiri tidak mampu memberikannya.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang yang memiliki konsep diri yang negative, yaitu:
- Menjadi sangat sensitive terhadap kritik, karena kritik menjadi penguat bagi perasaan inferiornya .
- Sikap terlalu mengkritik orang lain sebagai usaha untuk menutupi gambaran diri yang sebenarnya karena dengan demikian berusaha mengarahkan perhatian pada orang lain dan bukan pada dirinya.
- Kegagalan yang dialaminya akan diproyeksikan pada orang lain sehingga kekurangan diri dapat dihindari.
- Terlalu berlebihan terhadap pujian yang diberikan kepadanya.
- Kurang memiliki minat dalam berkompetisi, dan cenderung menjaga jarak dalam lingkungan sosialnya.
- Adanya ketidakstabilan dan kurang terintegrasinya gambaran diri akan membuat seseorang menjadi mudah cemas.
- Adanya penghargaan terhadap diri yang rendah akan membuatnya menjadi sensitif terhadap kejadian yang memantapkan tidak-adekuatan diri. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan.
- Adanya kebutuhan yang berlebihan akan pengakuan dari luar diri, membuat seseorang cenderung tampil berpura-pura, tampil berdasarkan harapan lingkungan bukan sebagai dirinya. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan yang pada akhirnya membuat cemas.
- Perasaan tidak berharga dan tidak adekuat menghasilkan adanya isolasi, baik secara fisik maupun emosional dengan orang lain. Ia akan menjadi kesepian, senantiasa terancam dan terisolisir.
Posting Komentar