Teori Pola Asuh: Seperti Apa Pola Asuh Orang Tua Anda?
Daftar Isi
Pola Asuh Orang Tua |
Baca juga: Bagaimana Cara Mengambil Keputusan dengan Tepat?
Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh menjadi awal perkembangan pribadi dan tingkah laku remaja. Menurut Darling (dalam Karlinawati, 2013) pola asuh merupakan aktifitas kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individual dan serentak dalam mempengaruhi tingkah laku anak.Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus besar bahasa Indonesia bahwa “menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih dan sebagainya”. Sedangkan arti orang tua menurut Nasution dan Nurhalijah (dalam Agustiawati, 2014) “orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu”.
Santrock (dalam Latief, 2017) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuh yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.
Kohn (dalam Fatchurahman, 2012) mengemukakan pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak. Demikian yang dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Baumrind (dalam Rosyidah, 2017) mejelaskan bahwa pola asuh yang dilakukan setiap orang tua membentuk kepribadian seseorang. Sikap orang tua yang menerima kehadiran anaknya dengan kasih sayang, mengajarkan hal baik dan buruk dengan sabar, megajarkan sifat disiplin dan tanggung jawab kepada anaknya, serta berkomunikasi terbuka dengan anaknya, maka dapat membentuk karakter anak yang memiliki kecakapan emosional. Oleh karena itu, semakin baik pola pengasuhan yang diberikan, maka semakin baik pula kepribadian yang terbentuk pada anak.
Ulwan (dalam Fatchurahman, 2012) mengatakan jika remaja diperlakukan oleh kedua orang tuanya dengan perlakuan kejam, di didik dengan pukulan yang keras dan cemoohan peda, serta diliputi dengan penghinaan, ejekan dan pemberian label-label negatif maka yang akan muncul adalah citra diri negatif pada remaja.
Irawati (dalam Fatchurahman, 2012) pola asuh yang baik adalah pola asuh yang diselimuti dengan cinta, kasih sayang dan kelembutan serta diiringi dengan penerapan pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia dan kecerdasan anak, akan menjadi kunci kebaikan anak dikemudian hari.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti memelihara, mendidik, membimbing serta mendisiplinkan dalam mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dimensi Pola Asuh
Baumrind (dalam Marlina, 2014) mengatakan dimensi-dimensi besar yang menjadi dasar dari kecenderungan model pola asuh orang tua ada dua, yaitu:a. Tanggapan atau Responsiveness
Dimensi ini berkenaan dengan sikap orang tua yang menerima, penuh kasih sayang, memahami, mau mendengarkan, berorientasi pada kebutuhan anak, menentramkan dan sering memberikan pujian. Orang tua yang menerima dan tanggap dengan anak-anak, maka memungkinkan untuk terjadi diskusi terbuka, memberi dan menerima secara verbal diantara kedua belah pihak. Contohnya mengekspresikan kasih sayang dan simpati.Baumrind (dalam Marlina, 2014) mengemukakan bahwa parental responsiveness refers to “the extent to which parents intentionally foster individuality, self-regulation, and acquiescent to childern’s special needs and demands”. Kalimat tersebut memiliki arti bahwa respon orang tua mengacu pada sejauh mana orang tua mengasuh seorang anak, sirkulasi diri serta khususnya kebutuhan anak dan tuntutan.
b. Tuntutan atau Demandingness
Dimensi demandingness yaitu “the claims parents make on childern to become integrated into the family whole, by their maturity demands, supervision, disciplinary efforts and willingness to confront the child who disobeys”. Kalimat tersebut memiliki maksud tuntutan orang tua kepada anak untuk menjadikan kesatuan ke seluruh keluarga, melalui tuntutan mereka, pengawasan, upaya disiplin dan kesediaan untuk menghadapi anak yang melanggar. Kontrol orang tua dibutuhkan untuk mengembangkan anak menjadi individu kompeten, baik secara sosial maupun intelektual. Beberapa orang tua membuat standar yang tinggi dan mereka menuntut anaknya untuk memenuhi standar tersebut. Namun, ada juga orang tua yang sangat sedikit memberikan tuntutan kepada anak. Tuntutan-tuntutan orang tua yang ekstrim cenderung menghambat tingkah laku sosial, kreativitas, inisatif, dan fleksibilitas dalam pendekatan masalah-masalah pendidikan maupun praktis.Berdasarkan pendapat Baumrind (dalam Marlina, 2014) di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua dimensi yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu tanggapan atau responsiveness dan tuntutan atau demandingness.
Jenis-jenis Pola Asuh
Dalam pola asuh sendiri ada beberapa jenis pola asuh yang dipakai orang tua dalam penerapannya dikehidupannya sehari-hari. Model atau jenis pola asuh orang tua nantinya juga akan berdampak pada sikap dan perilaku anak.Hurlock (dalam Agustiawati, 2014) membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi tiga macam yaitu:
1. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.2. Pola asuh otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar mutlak yang harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman. Apabila anak ini tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anak. orangtua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.3. Pola asuh permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.Berdasarkan hasil penelitian Baumrind (dalam Latief, 2017) dikatakan terdapat tiga jenis pola asuh yaitu: otoritatif, otoritatian, dan permisif. Kemudian Maccoby dan Martin (dalam Agustiawati, 2014) menambahkan satu jenis pola asuh lagi dengan pola asuh uninvolved atau neglectful.
1. Otoritatif
Orang tua yang memiliki pola asuh yang otoritatif lebih fleksibel. Mereka mengendalikan dan menggunakan kontrol, tetapi mereka juga menerima dan responsif. Seimbang dalam kedua dimensi baik kontrol maupun respon. Orang tua tidak hanya membuat peraturan yang jelas dan secara konsisten melakukannya., tetapi juga menjelaskan rasionalisasi peraturan mereka dan pembatasannya. Orang tua juga responsif pada kebutuhan anak-anak mereka dan sudut pandang anak, serta melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga. Anak yang di didik dengan cara otoritatif umumnya cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja.2. Otoritarian
Pola asuh ini ditandai dengan tingginya kontrol dan rendahnya respon. Orang tua memksakan banyak peraturan, mengharapkan kepatuhan yang ketat, jarang menjelaskan mengapa anak harus memenuhi peraturan-peraturan tersebut, dan biasanya mengandalkan taktik kekuasaan.3. Permisif
Pola pengasuhan ini mengandung kontrol yang rendah dan respon yang tinggi. Orang tua permisif membuat beberapa pengendalian pada anak-anak untuk berperilaku matang, mendorong anak untuk mengekspresikan perasaan dan dorongan mereka dan jarang menggunakan kontrol pada perilaku mereka. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yag impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial4. Uninvolved
Pola asuh ini mengkombinasikan rendahnya kontrol dan respon yang rendah pula. secara relatif tidak melibatkan diri pada pengasuh anak dan tidak terlalu peduli pada anak-anak. Colbert dan Martin (dalam Agustiawati, 2014) menemukan bahwa anak-anak dari pola asuh uninvolved cenderung tidak memiliki kompetensi baik secara sosial maupun akademik. Mereka juga cenderung terlibat dengan kenakalan remaja dan perilaku antisosial pada saat mereka remaja.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah Anwar (dalam Marlina, 2014):a. Pendidikan orang tua
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak aan mempengaruhi persiapan mereka dalam menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan anatar lain, terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.b. Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.c. Budaya
Seringkali orang tua mengikuti cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat sekitarnya dalam mengasuh anak. karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.Dari beberapa uraian di atas dapat dilihat bahwasannya peran orangtua dalam mengasuh anak dan mendidik anak sangatlah penting. Selain penting, peran orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak akan sangat berpengaruh pada stiap perkembangan dan pertumbuhan anak nantinya.
Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Pola Asuh: Seperti Apa Pola Asuh Orang Tua Anda? Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
- Marlina, Ike. (2014). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosi Siswa Kelas V SD Se-Gugus II Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Yogyakarta
- Latifah, Lutfatul. (2010). Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Emotionalquotient (Eq) Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman, 5(1).
- Universitas Psikologi: https://www.universitaspsikologi.com/2020/01/teori-pola-asuh-orang-tua.html
- Fatchurahman & Pratikto Herlan. (2012). Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2), 77-87.
Posting Komentar