Teori Refleksi Menurut Para Ahli
Teori Refleksi Menurut Para Ahli - Setiap apa yang manusia lakukan baik pekerjaan maupun pengalaman lainnya sudah sepatutnya merefleksikan hal tersebut. Gunanya refleksi tersebut ialah agar kita bisa memilah dan memilih hal-hal positif yang bisa kita jadikan pelajaran. Dalam tulisan ini sendiri, universitaspsikologi.com telah merangkum hal-hal yang berkaitan dengan salah satu variabel psikologi yaitu refleksi.
Pengertian Refleksi
Refleksi merupakan suatu proses dalam menciptakan dan mengklarifikasi makna terhadap suatu pengalaman baik yang terjadi sekarang atau masa lalu, yang berkaitan dengan diri sendiri maupun dalam kaitannya dengan dunia tempat individu berada. Pengalaman yang dieksplorasi dan diceritakan akan menciptakan makna yang berfokus pada keadaan sekitar atau merupakan hal yang penting bagi diri individu (Boyd & Fales, 1983). Kemudian berdasarkan etimologis refleksi berarti berbagai makna yang diturunkan, termasuk bagaimana individu dapat mengetahui sesuatu serta hal-hal lain yang berhubungan dengan diri mereka sendiri (Wiley, 1994 dalam Damen, Hazewijk, Helsdingen, & Wopereis 2017). Selain itu refleksi menurut Boud, Keogh, dan Walker (2005) adalah proses ketika individu dapat merasakan dan membayangkan serta menceritakan pengalaman yang pernah dialami.
Refleksi merupakan suatu proses mental seperti dalam membentuk pemikiran yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu yang didasarkan pada pemrosesan mengenai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh individu (Moon, 2004). Kemudian dijelaskan juga bahwa refleksi dapat didefinisikan sebagai proses kognitif di mana individu berusaha meningkatkan kesadarannya terhadap pengalaman pribadi dan meningkatkan kemampuan dalam memahami pengalaman tersebut (Anseel, Lievens & Schollaert, 2009). Hal ini sesuai dengan pernyataan Lenin (dalam Madsen, 1988) bahwa refleksi merupakan proses yang terjadi pada fungsi otak tertentu yang melambangkan kesadaran individu tentang dunia disekitarnya. Berdasarkan pengertian sebelumnya, dapat diketahui bahwa refleksi adalah proses mental yang terjadi pada diri individu terhadap suatu pengalaman yang pernah dialami, kemudian akan menghasilkan makna berdasarkan pemahaman yang dimiliki individu.
Teori Refleksi |
Baca juga: Pengertian Risk Driving Behavior
Komponen-komponen Refleksi
Menurut Boud, Keogh, dan Walker (2005), refleksi mempunyai tiga komponen, sebagai berikut:
1. Pengalaman
Yaitu bagaimana pengalaman individu dalam suatu konteks permasalahan pribadi yang melibatkan emosional. Pengalaman dalam hal ini dapat berupa ingatan dari peristiwa-peristiwa yang menonjol, kemudian individu menceritakan kepada orang lain gambaran pada pengalaman tersebut. Kemudian menurut Boyd dan Feles (1983) pengalaman menjadi fokus utama refleksi pada setiap individu.
2. Perasaan
Yaitu gambaran pemikiran yang disadari oleh individu dan perasaannya terkait dengan peristiwa yang telah dialami. Hal ini mungkin melibatkan ingatan sadar akan pengalaman-pengalaman baik, perhatian pada aspek-aspek menyenangkan dari lingkungan terdekat, atau manfaat yang dapat diperoleh dari pemrosesan peristiwa
3. Perubahan sikap
Yaitu adanya prespektif baru individu tentang pengalaman terutama dalam mengubah perilaku dan kesiapannya dalam membentuk komitmen untuk bertindak. Menurut Boyd dan Fales (1983) proses refleksi diakhiri dengan perubahan pandangan atau pemikiran individu terhadap pengalamannya.
Proses Refleksi
Proses terjadinya refleksi dimulai dengan pengalaman yang terjadi pada diri sendiri, setelah itu akan dikaitkan dengan perasaan yang dimiliki selama pengalaman itu terjadi. Hal ini berarti individu mampu untuk memanfaatkan perasaan positif dan mampu untuk menghilangkan perasaan negatif yang menghalangi dalam bertindak. Kemudian akan dievaluasi bagaimana pengalaman yang terjadi pada individu terkait dengan pemahaman yang dimilikinya. Dalam mengevaluasi pengalaman ini, individu akan melibatkan pengetahuan dan niatnya dalam mebentuk sebuah konseptual yang baru berdasarkan pengalamannya (Boud, Keogh, & Walker, 2005).
Pada skema Boud, Keogh, & Walker (2005), diketahui bahwa proses terjadi refleksi dimulai dengan adanya behavior, ideas, feelings, maksudnya dalam diri individu terdapat pengalaman yang dapat memunculkan sebuah sikap, ide-ide, dan perasaan yang dirasakan individu selama pengalaman itu terjadi. Setelah kembali ke pengalaman yang terjadi, individu akan mengingat dan memutar ulang pengalaman di dalam pikiran sehingga akan terjadi arus bolak-balik selama individu merefleksikan pengalamannya. Kemudian individu akan menghadirkan perasaan positif atau menghilangkan perasaan yang menganggu. Dalam hal ini, memanfaatkan perasaan positif sangat penting, karena dapat memberi dorongan individu untuk bertahan dalam situasi yang menantang, dan memudahkan untuk melihat pengalaman individu lebih dalam dan menciptakan pembelajaran afektif baru (Boud, Keogh, & Walker, 2005).
Selain itu, Dewey (1993, dalam Manen 1995) mengatakan bahwa dalam proses refleksi terdapat beberapa langkah, yaitu: (1) Adanya kebingungan atau keraguan yang terjadi karena sifat individu terhadap situasi tertentu. (2) Adanya dugaan atau antisipasi konsekuensi dari makna situasi yang dialami. (3) Individu mengeksplorasi dan menganalisis semua pertimbangan agar dapat menentukan dan mengklarifikasi masalah yang sedang dihadapi. (4) Melakukan elaborasi terhadap ekplorasi dugaan tertentu. (5) Kemudian memutuskan suatu tindakan tentang hasil yang diinginkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Refleksi
Menurut Boud, Keogh, & Walker, (2005), terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bagaimana refleksi bekerja, yaitu:
1. Individu
Maksudnya, respon individu terhadap pengalaman baru ditentukan secara signifikan oleh pengalaman masa lalu yang telah berkontribusi pada cara-cara di mana individu memahami dunia. Kemudian cara individu bereaksi terhadap situasi tertentu tidak akan selalu sama dengan individu lainnya.
2. Niat individu
Niat ini mempengaruhi pendekatan individu dalam mengatasi situasi tertentu dan cara-cara yang dipilih untuk memproses pengalaman. Niat dapat memengaruhi cara refleksi individu dan hasilnya. Dengan ada niat, individu dapat mengarahkan dan mengeksplorasi pengetahuan yang terorganisir, serta menceritakan lingkungan, manusia, dan alam di mana individu berada. Kemudian dalam Madsen (1988), dijelaskan bahwa refleksi dalam diri manusia merupakan sesuatu yang sensitif. Dimana niat individu memiliki fungsi penting untuk mengendalikan perilaku. Selain itu Bringle dan Hatcher (1999), menjelaskan bahwa nilai-nilai, tujuan, dan respons yang diharapkan dari orang lain memainkan peran penting dalam menciptakan minat pada individu.
Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Refleksi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar