Teori Self Compassion Menurut Para Ahli
Teori Self Compassion Menurut Para Ahli - Menjadi orang baik dan disenangi banyak orang adalah keinginan manusia pada umumnya. Namun untuk mencapai itu manusia harus memiliki sebuah sikap perhatian kepada dirinya baik dalam keadaan senang maupun terpuruk. Universitaspsikologi.com akan menjelaskan terkait penjelasan sebelumnya yang berhubungan dengan self compassion atau bisa dikatakan bahasa orangorang 'ikhlas lahir batin'. Untuk yang ingin tahu lebih lanjut apa itu self compassion, tulisan di bawah ini akan menjelaskan dengan lengkap salah satu variabel psikologi ini.
Pengertian Self Compassion
Definisi self compassion menurut Neff (2003) adalah sikap memiliki perhatian dan kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup ataupun terhadap kekurangan dalam dirinya serta memiliki pengertian bahwa penderitaan, kegagalan, dan kekurangan merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Barnard dan Curry (2011) menyatakan bahwa self compassion merujuk pada proses melihat suatu keadaan yang tidak menyenangkan dengan pikiran yang jernih dan menerima dengan tidak putus asa.
Ahli lain menyebutkan bahwa self compassion merupakan sikap tersentuh dan terbuka atas penderitaan sendiri, bukan menghindari atau melepaskan dari penderitaan tersebut, sehingga menghasilkan keinginan untuk menyembuhkan atau meringankan penderitaan diri sendiri dengan kebaikan (Armstrong, 2013). Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self compassion merupakan sikap kasih sayang atau kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi masalah dalam hidup serta menghargai segala bentuk penderitaan, kegagalan, dan kekurangan diri sebagai bagian dari hidup setiap manusia.
Self Compassion |
Baca juga: Arti dan Maksud Dari Goal Orientation?
Komponen Self Compassion
Self compassion terdiri dari tiga komponen utama dimana masing-masing komponen yang bersifat positif memiliki komponen yang bersifat negatif dan saling berkaitan. Adapun komponen dari self compassion yaitu self kindness vs self judgment, common humanity vs isolation, dan mindfulness vs over identification (Neff, 2003; Neff, 2011).
a. Self-Kindness versus Self-Judgment
Self kindness mengacu pada bersikap untuk peduli, berbuat baik, serta memahami diri sendiri saat menghadapi penderitaan atau kegagalan tanpa menghakimi diri sendiri (Neff, 2003). Self kindness adalah memaafkan, memberi empati, kepekaan, kehangatan, dan kesabaran terhadap semua aspek dalam diri termasuk tindakan, perasaan, pikiran, dan impuls di dalam diri (Neff, 2003). Bertolak belakang dengan self kindness, self judgment adalah sikap merendahkan dan mengkritik diri sendiri terhadap kegagalan yang dialami (Neff, 2003). Individu yang self judgement akan memusuhi, merendahkan, dan mengkritik aspek-aspek yang ada di dalam diri (Neff, 2011).
b. Common humanity versus isolation
Common humanity adalah kesadaran individu bahwa kesulitan hidup dan kegagalan merupakan bagian dari kehidupan yang dialami oleh semua manusia, bukan hanya dialami oleh diri sendiri (Neff, 2003). Dengan kata lain, common humanity dapat dijelaskan sebagai kesadaran individu tentang hubungan mereka dengan orang lain, khususnya kesadaran terhadap penderitaan, ketidaksempurnaan, dan kelemahan diri, serta memaafkan diri sendiri sebagai manusia yang memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan diri (Neff, 2003). Bahasan tentang common humanity ini berkebalikan dengan isolasi (isolation). Menurut Neff (2011) individu memiliki pandangan yang sempit dengan hanya fokus pada ketidaksempurnaan diri tanpa bisa melihat hal lain. Individu merasa terisolasi, merasa hanya dirinya yang menderita dan hanya dirinya yang menghadapi situasi tidak adil dimana ketika individu dalam keadaan yang sulit cenderung merasa dirinya yang paling menderita (Neff, 2011).
c. Mindfulness versus over identification
Mindfulness berarti sadar akan kejadian atau situasi yang sedang terjadi, sehingga mampu menyeimbangi diri dalam menghadapi situasi yang sulit (Neff, 2003). Mindfulness membantu individu untuk secara mendalam mempelajari pengalaman saat ini tanpa adanya kekhawatiran mengenai masa lalu atau masa depan (Neff, 2003). Mindfulness bertolak belakang dengan over-identification. Individu dengan over-identification cenderung membesar-besarkan masalah yang ia alami dan berpatok pada pikiran serta emosi negatifnya sehingga tidak memahami diri sendiri dan masalahnya (Neff, 2011).
Korelasi Antar Komponen Self Compassion
Menurut Barnard dan Curry (2011) terdapat korelasi antara ketiga komponen self compassion yang saling mempengaruhi satu sama lain. Self kindness dapat meningkatkan komponen common humanity dan mindfulness. Jika individu peduli terhadap diri sendiri, berbuat baik pada diri sendiri, serta menerima dan memahami diri sendiri, maka individu tersebut tidak akan merasa malu karena kekurangannya dan tidak akan menarik diri dari orang lain (Neff, 2003a). Individu akan tetap berinteraksi dan membagikan kekurangannya dengan orang lain serta menyadari bahwa orang lain juga memiliki kekurangan. Self kindness juga dapat meningkatkan mindfulness pada individu. Saat individu mengkritik diri karena kegagalannya, maka individu akan terus mengingat kegagalannya. Hal ini menunjukkan sikap melebih-lebihkan kegagalan. Terdapat hipotesis bahwa orangorang yang bersikap baik kepada dirinya sendiri akan lebih mudah untuk bertahan dalam menghadapi kekurangannya dengan menyadari hal itu (Neff, 2003).
Selanjutnya, menurut Barnard dan Curry (2011) komponen common humanity dapat meningkatkan self kindness dan mindfulness pada individu. Saat indvidu melihat kegagalan sebagai kejadian yang dialami oleh semua orang, individu akan memberikan kebaikan dan kasih sayang pada diri sendiri. Common humanity juga dapat meningkatkan mindfulness karena dengan menyadari bahwa kegagalan adalah kejadian yang dialami oleh semua manusia, individu tidak akan menghindari atau melebih-lebihkan kegagalan yang mereka hadapi.
Terakhir, menurut Barnard dan Curry (2011) komponen self compassion yang saling memengaruhi satu sama lain, yaitu mindfulness dapat meningkatkan self kindness dan common humanity. Hal ini dikarenakan dengan melihat kegagalan secara objektif dapat membuat individu menghindari kritik yang berlebihan kepada diri sendiri dan menyadari bahwa semua orang akan mengalami kegagalan. Jika individu melebih-lebihkan kegagalan yang dihadapi atau memiliki mindfulness yang rendah maka akan membuat individu memiliki perspektif bahwa hanya dirinya yang mengalami kegagalan dan membuat dirinya menarik diri dari orang lain.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Compassion
Adapaun faktor yang dapat mempengaruhi variabel psikologi self compassion ini diantaranya adalah berikut ini:
a. Jenis Kelamin
Penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki self compassion yang lebih rendah daripada pria. Hal ini menunjukkan bahwa wanita lebih mudah menghakimi diri sendiri, lebih mudah terosilasi, dan lebih mudah terbawa emosi ketika mengalami keadaan yang tidak menyenangkan (Neff, 2011).
b. Usia
Terdapat asumsi bahwa sangat memungkinkan masa remaja adalah periode kehidupan di mana level self compassion berada pada level yang terendah dibandingkan dengan periode kehidupan yang lain (Neff, 2003). Hal ini didasari bahwa peningkatan kemampuan kognitif remaha seperti meningkatnya kemampuan introspeksi, metakognisi, refleksi diri, dan kemampuan berpikir dari perspektif sosial (Neff, 2003). Neff (2011) menyatakan bahwa self compassion merupakan aspek penting dari kematangan seseorang. Individu akan mencapai tingkat self compassion yang tinggi apabila telah mencapai tahap integrity yang berada pada usia 65 tahun ke atas. Hal ini karena individu lebih bisa menerima dirinya secara lebih positif.
c. Pola Asuh
Pengasuhan yang individu terima pada masa awal perkembangannya sangat mempengaruhi tumbuh-kembangnya self compassion di dalam diri mereka. Individu yang mengalami kehangatan di dalam keluarga, memiliki hubungan yang saling mendukung antara anak dan orang tua, dan anak merasa bahwa orang tua mereja sangat memahami dan penuh kasih sayang terhadap mereka akan cenderung memiliki self compassion yang lebih tinggi. Sebaliknya, individu dengan orang tua yang dingin atau sangat kritis (atau mengalami abuse baik secara psikologis, seksual, maupun fisik ketika mereka masih anak-anak), maka individu tersebut akan cenderung memiliki level self compassion yang lebih rendah (Neff, 2003).
d. Budaya
Budaya yang menjadi perbandingan adalah antara budaya Timur dan Barat dengan konsep individualistik dan kolektivistiknya. Individu dari budaya kolektivis, khususnya Asia yang telah memiliki pemaparan ajaran Buddha mengenai self compassion melalui paparan budaya. Individu dari budaya kolektivis umumnya memiliki interdependent sense of self yang lebih dibandingkan individualis, maka dari itu diharapkan orang-orang Asia memiliki level self compassion yang lebih tinggi dari orang barat. Namun, penelitian juga telah menunjukkan bahwa orang-orang Asia cenderung lebih self critical dibandingkan dengan orang Barat (Neff, 2003).
Sekian artikel Universitas Psikologi tentang Teori Self Compassion Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar